Bahaya Pernikahan Dini: Ancaman Serius bagi Kesehatan Ibu dan Bayi
Tanggal: 1 Jun 2025 09:42 wib.
Tampang.com | Pernikahan usia dini masih menjadi tantangan besar di Indonesia, terutama di daerah dengan tingkat pendidikan dan akses informasi kesehatan yang terbatas. Fenomena ini bukan hanya masalah sosial, tetapi juga membawa dampak serius pada kesehatan reproduksi remaja perempuan. Menurut dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG (K) FER, M.Sc, pernikahan di usia remaja meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyumbang pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta menimbulkan dampak biopsikososial yang kompleks.
Organ Reproduksi Belum Siap, Risiko Komplikasi Mengintai
Menurut definisi WHO, remaja adalah individu berusia 10-19 tahun. Pada rentang usia ini, organ reproduksi remaja secara biologis belum sepenuhnya matang untuk menghadapi proses kehamilan dan persalinan. Jika dipaksakan untuk hamil, risiko komplikasi kesehatan akan meningkat tajam.
Dr. Yassin menjelaskan beberapa risiko medis yang umum terjadi pada kehamilan remaja, antara lain:
Eklampsia: Kondisi preeklampsia yang disertai kejang.
Infeksi sistemik: Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh.
Perdarahan saat persalinan: Kehilangan darah berlebihan yang dapat mengancam jiwa.
Endometritis puerperalis: Infeksi rahim setelah melahirkan.
Selain itu, kehamilan di usia remaja seringkali tidak direncanakan, sehingga berisiko berakhir pada aborsi tidak aman yang juga dapat mengancam jiwa ibu.
Dampak Jangka Panjang: Lingkaran Kemiskinan dan Keterbatasan
Kehamilan remaja tidak hanya menimbulkan risiko langsung pada ibu dan bayi, tetapi juga berdampak jangka panjang yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial. "Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja lebih rentan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, dan komplikasi neonatal lainnya," kata dr. Yassin.
Sementara itu, sang ibu berisiko mengalami gangguan psikologis seperti stres berat, depresi pascamelahirkan, serta kehilangan kesempatan pendidikan dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menciptakan lingkaran kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan bagi ibu dan anak.
Pernikahan dini dan kehamilan pada usia remaja merupakan isu kesehatan masyarakat yang mendesak untuk ditangani bersama. Risiko medis hingga dampak sosial jangka panjang harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk keluarga dan pembuat kebijakan. Edukasi tentang kesehatan reproduksi, perlindungan hukum, serta akses terhadap layanan kesehatan harus diperkuat untuk mencegah pernikahan di usia yang belum siap secara fisik dan mental. Dengan begitu, kita bisa melindungi masa depan remaja dan generasi penerus