Bagaimana Tubuh Deteksi Tanda Awal Kanker?
Tanggal: 19 Agu 2017 19:48 wib.
Pengetahuan tentang bagaimana sel mendeteksi kerusakan DNA mereka - ciri khas kanker - dapat membantu menjelaskan bagaimana tubuh mencegah penyakit.
Para ilmuwan telah menemukan bagaimana kerusakan pada bahan genetik sel dapat memicu peradangan, mengatur proses gerak untuk menghilangkan sel yang rusak dan menjaga jaringan tetap sehat.
Temuan ini memberi gambaran baru tentang seberapa berpotensi sel kanker ditandai, sehingga bisa diangkat sebagai bagian dari sistem pengawasan alami tubuh sebelum terbentuk tumor.
Sebuah molekul kunci yang disebut cGAS diketahui mengikat DNA, memicu peradangan. Sampai sekarang, tidak jelas bagaimana hal ini terjadi karena DNA biasanya terpisah secara fisik dari sel yang lain di dalam kompartemen yang disebut nukleus.
Ketika kerusakan terjadi, fragmen DNA bisa terpisah dari nukleus dan bentuk struktur yang disebut mikronuklei.
Periset di Unit Genetika Genetika MRC di Universitas Edinburgh menemukan bahwa cGAS dapat menembus mikronuklei ini dan mengikat DNA, memulai mekanisme yang menyebabkan peradangan.
Karena kerusakan DNA sering merupakan salah satu langkah awal dalam pengembangan kanker, deteksi mikronuklei oleh cGAS dapat menjadi sistem alarm awal yang penting yang memungkinkan tubuh manusia mendeteksi dan menghilangkan sel-sel yang berpotensi kanker.
Tim tersebut mengatakan bahwa temuan mereka juga dapat menjelaskan bagaimana peradangan terjadi pada beberapa jenis penyakit autoinflammatory, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature ini didanai oleh Medical Research Council dan Newlife - The Charity for Disabled Children.
Penulis utama Dr. Karen Mackenzie, dari Unit Genetika Genetika MRC di Universitas Edinburgh, mengatakan: "Temuan kami menyediakan mekanisme baru yang mungkin untuk bagaimana tubuh melindungi dirinya dari kanker, namun dalam beberapa keadaan malah dapat memicu penyakit inflamasi."
Dr Martin Reijns, Senior Research Fellow di MRC Human Genetics Unit, mengatakan: "Kami berharap bahwa penelitian ini akan menginformasikan studi masa depan mengenai pengembangan pendekatan terapeutik yang lebih baik."