Bagaimana Kurang TIdur Mempengaruhi Kemampuan untuk Belajar?
Tanggal: 20 Agu 2017 17:27 wib.
Tidur nyenyak adalah kunci untuk kebahagiaan dan produktivitas, dan sebaliknya, malam yang kurang tidur dapat memberi efek negatif pada performa kita di siang hari. Namun sebuah penelitian baru berhasil menemukan secara tepat area otak yang bertanggung jawab untuk mempelajari keterampilan baru dan menunjukkan bagaimana hal itu dapat dipengaruhi oleh kualitas tidur yang buruk.
Sebuah tim peneliti dari University of Zurich (UZH) dan Institut Teknologi Federal Swiss (Swiss Institute of Technology (ETH) di Zurich, keduanya di Swiss, mulai memeriksa efek fase tidur yang terganggu pada kemampuan otak untuk mempelajari hal-hal baru.
Lebih khusus lagi, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications melihat kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi dalam menanggapi rangsangan yang diterimanya dari lingkungan, atau neuroplastisitas, di korteks motor dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh tidur nyenyak.
Korteks motor adalah area otak yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengendalikan keterampilan motorik, dan fase tidur yang nyenyak, juga disebut tidur gelombang lambat, adalah kunci untuk pembentukan dan pemrosesan memori, dan juga untuk membantu otak memulihkan dirinya setelah satu hari aktivitas.
Penelitian tersebut melibatkan enam wanita dan tujuh pria yang diminta melakukan tugas motorik di siang hari setelah tidur malam yang tidak terganggu, dan sebagian lainnya dengan tidur malam yang tidak nyenyak.
Tugas yang diberikan melibatkan pembelajaran serangkaian gerakan jari, dan para peneliti dapat menemukan secara tepat area otak yang bertanggung jawab untuk gerakan baru.
Dengan menggunakan electroencephalogram, para peneliti memantau aktivitas otak para partisipan saat mereka sedang tidur.
Pada hari pertama percobaan ,setelah sesi pembelajaran gerakan pertama, para peserta bisa tidur tanpa gangguan.
Pada malam kedua, bagaimanapun, para periset memanipulasi kualitas tidur peserta. Mereka dapat fokus pada korteks motorik dan mengganggu tidur nyenyak mereka, sehingga menyelidiki dampak tidur yang buruk pada neuroplastisitas yang terlibat dalam mempraktikkan gerakan baru.
Para peserta tidak tahu bahwa fase tidur nyenyak mereka telah dirusak. Bagi mereka, kualitas tidur yang mereka rasakan sama saja.
Tidur yang tidak nyenyak membuat sinapsis aktif, menghalangi kemampuan otak untuk belajar
Selanjutnya, para peneliti mengevaluasi kemampuan peserta untuk mempelajari gerakan baru. Di pagi hari, prestasi belajar siswa mencapai puncaknya, seperti yang diharapkan.
Namun, seiring berjalannya waktu, mereka terus membuat lebih banyak kesalahan.
Setelah tidur malam yang restoratif, efisiensi belajar peserta kembali baik. Tapi setelah malam tidur mereka dimanipulasi, efisiensi belajar mereka tidak membaik secara signifikan. Padahal, pagi setelah malam tidur dimanipulasi, kinerja peserta serendah pada malam hari sebelumnya.
Alasan mengapa hal ini terjadi, menurut para peneliti, adalah bahwa selama tidur nyenyak yang dimanipulasi, sinapsis neuron tidak "beristirahat" seperti biasanya selama tidur restoratif.
Pada siang hari, sinapsis kita menjadi bersemangat sebagai respon terhadap rangsangan yang mengelilingi kita. Selama tidur, bagaimanapun, sinaps ini memulihkan diri dan aktivitas mereka "normal." Tanpa periode restoratif ini, sinapsis tetap maksimal bergairah terlalu lama. Kondisi seperti ini menghambat neuroplastisitas, yang berarti belajar hal baru tidak mungkin dilakukan lagi.
"Di wilayah otak yang sangat bersemangat, efisiensi belajar jenuh dan tidak bisa lagi diubah, yang menghambat pembelajaran keterampilan motorik," jelas rekan penulis Nicole Wenderoth, profesor di Departemen Ilmu Kesehatan dan Teknologi di ETH. Zurich.