Sumber foto: BMI isn't the only way to tell whether you have obesity. © syartinolky via Shutterstock

Awas Skinny Fat Bukan Jaminan Anak Muda Bebas Diabetes

Tanggal: 31 Okt 2025 09:45 wib.
Awas, 'Skinny Fat'! Tidak Gendut Bukan Jaminan Anak Muda Bebas Diabetes

Waspada. Lonceng bahaya diabetes kini tidak lagi hanya berbunyi untuk mereka yang kelebihan berat badan. Tren menakutkan menunjukkan peningkatan kasus diabetes, atau penyakit gula, justru di kalangan anak muda. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan mencatat lonjakan drastis penderita diabetes pada anak dan remaja di Indonesia. Data ini menjadi peringatan keras bagi kita semua.

Namun, ada satu kesalahpahaman besar yang beredar di masyarakat. Anggapan bahwa selama badan tetap langsing, kita aman dari ancaman diabetes. Ini adalah mitos yang sangat berbahaya. Faktanya, tidak gendut bukan berarti sehat dan bebas dari ancaman penyakit gula. Inilah fenomena yang harus diwaspadai, terutama oleh generasi muda yang aktif namun sering abai terhadap asupan dan gaya hidup.

Mitos Tubuh Kurus: Mengenal Bahaya 'Skinny Fat'

Istilah yang populer untuk kondisi ini adalah "skinny fat". Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai TOFI (Thin Outside, Fat Inside). Ini adalah kondisi 'tipuan' di mana seseorang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal. Mereka terlihat kurus dari luar, namun menyimpan 'bom waktu' di dalam tubuhnya. Bom waktu itu adalah lemak viseral (visceral fat).

Berbeda dengan lemak subkutan yang berada tepat di bawah kulit, lemak viseral adalah lemak jahat yang tersembunyi. Lemak ini membungkus organ-organ vital di dalam rongga perut. Organ yang terbungkus meliputi hati, pankreas, dan usus. Keberadaan lemak viseral inilah yang membuat seseorang yang terlihat kurus tetap berisiko tinggi.

Mengapa lemak viseral ini sangat berbahaya? Pertama, ia memicu resistensi insulin. Lemak viseral sangat aktif secara metabolik. Ia melepaskan zat-zat kimia dan hormon. Zat-zat ini memicu peradangan (inflamasi) dan mengganggu kerja insulin. Peran insulin adalah membantu gula masuk ke sel.

Kedua, lemak ini mengganggu pankreas. Ketika insulin tidak lagi efektif (resistensi insulin), pankreas dipaksa bekerja ekstra keras. Pankreas harus memproduksi lebih banyak insulin. Lama-kelamaan, pankreas akan 'kelelahan'. Kemampuannya memproduksi insulin pun menurun drastis. Akibatnya, gula darah naik. Saat insulin tidak bekerja dengan baik, gula dari makanan tidak bisa masuk ke dalam sel untuk dijadikan energi. Gula menumpuk di aliran darah. Inilah yang disebut diabetes tipe 2. Seorang anak muda bisa saja terlihat kurus, namun memiliki persentase lemak viseral yang tinggi akibat gaya hidup yang buruk.

Faktor Risiko 'Tersembunyi' Selain Berat Badan

Selain fenomena skinny fat, ada beberapa alasan kuat mengapa orang yang tidak gemuk tetap berisiko tinggi terkena diabetes. Ini adalah faktor-faktor tersembunyi yang sering kita abaikan.

Pertama, pola makan 'sampah' (junk food). Anak muda sering terjebak dalam pola makan tinggi gula, tinggi karbohidrat olahan, dan tinggi lemak trans. Minuman boba, kopi susu kekinian, minuman bersoda, makanan cepat saji, dan mi instan adalah pelakunya. Makanan dan minuman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern.

Meskipun kalori yang masuk tidak sampai membuat gemuk, 'sampah' gula dan lemak jahat itu terus-menerus membebani pankreas. Mungkin karena metabolisme tubuh masih cepat. Namun, asupan buruk ini memicu penumpukan lemak viseral. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

Kedua, si 'mager' atau malas gerak. Gaya hidup sedentari adalah musuh utama kesehatan. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk duduk—entah itu belajar, bekerja, atau scrolling media sosial—tanpa aktivitas fisik yang memadai akan menurunkan massa otot. Padahal, otot adalah salah satu 'mesin' utama pembakar glukosa dalam tubuh.

Semakin sedikit massa otot, semakin buruk tubuh mengelola gula darah. Kondisi ini tidak peduli berapa berat timbangannya. Kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi pada penumpukan lemak viseral. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyebab diabetes pada remaja, Anda dapat membaca artikel dari Unair yang membahas Peningkatan kasus diabetes, Penyebab diabetes remaja.

Ketiga, faktor genetik (keturunan). Ini adalah faktor risiko yang tidak bisa diabaikan. Jika Anda memiliki riwayat keluarga—orang tua, kakek-nenek, atau saudara kandung—yang menderita diabetes, maka risiko Anda untuk terkena penyakit yang sama jauh lebih tinggi. Kondisi ini tetap berlaku bahkan jika Anda kurus. Faktor genetik membuat sebagian orang lebih rentan mengalami resistensi insulin.

Keempat, stres kronis dan kurang tidur. Kehidupan anak muda yang penuh tekanan, ditambah kebiasaan begadang, dapat mengacaukan hormon. Stres dan kurang tidur memicu pelepasan hormon kortisol (hormon stres). Hormon ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan nafsu makan terhadap makanan tidak sehat. Pola hidup yang tidak seimbang ini secara perlahan menggerogoti kesehatan metabolik tubuh Anda.

Gejala Awal yang Sering Diabaikan

Karena merasa kurus dan 'aman', banyak anak muda mengabaikan gejala-gejala klasik diabetes. Ini adalah kesalahan besar yang bisa berakibat fatal. Waspadai jika Anda atau orang terdekat mengalaminya, karena deteksi dini sangat penting.

Pertama, sering haus berlebihan. Rasa haus yang tidak kunjung hilang meski sudah banyak minum. Kedua, sering buang air kecil. Terutama jika sampai terbangun di malam hari berkali-kali. Ketiga, cepat lapar. Merasa lapar ekstrem padahal baru saja makan adalah tanda tubuh tidak efisien menggunakan energi.

Keempat, penurunan berat badan drastis. Ini adalah tanda bahaya serius. Tubuh yang tidak bisa memakai gula sebagai energi akan mulai 'memakan' otot dan lemak. Akibatnya, berat badan turun drastis tanpa sebab jelas. Kelima, cepat lelah dan lemas. Energi tidak ada karena gula hanya mengambang di darah, tidak masuk ke sel untuk dibakar.

Terakhir, penglihatan kabur dan luka yang sulit sembuh. Ini adalah gejala lanjutan yang menunjukkan kadar gula darah tinggi sudah merusak beberapa organ. Jangan lagi berlindung di balik angka timbangan. Diabetes adalah penyakit yang menyerang berdasarkan gaya hidup dan genetika, bukan sekadar bentuk tubuh. Untuk memahami lebih jauh mengenai Ciri diabetes usia muda, Gejala diabetes remaja, Penanganan diabetes muda, Anda dapat merujuk ke sumber terpercaya. Sehat adalah kondisi di dalam, bukan sekadar apa yang terlihat di cermin.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved