Sumber foto: Google

Atasi Kelangkaan Dokter Jantung, Digitalisasi Jadi Kunci Akses Layanan Kardiovaskular di Indonesia

Tanggal: 1 Jun 2025 09:39 wib.
Tampang.com | Penyakit jantung masih menjadi momok serius bagi sistem kesehatan Indonesia, dengan jumlah penderita yang terus meningkat namun diiringi oleh keterbatasan dan pemerataan dokter spesialis jantung yang belum optimal. Saat ini, hanya sekitar 1.500 dokter ahli jantung di seluruh Indonesia, dan layanan jantung lanjutan masih terpusat di kota-kota besar, membuat akses bagi masyarakat di daerah terpencil menjadi sangat sulit.


Kesenjangan Tenaga Medis dan Solusi Digitalisasi

Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS, mengakui bahwa meskipun jumlah rumah sakit vertikal dengan layanan jantung terus bertambah, tantangan utama tetap pada tenaga kesehatan yang masih tersentralisasi di Pulau Jawa.

Kekurangan tenaga medis ini, menurut Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro Sp.JP(K), dapat berakibat fatal pada keterlambatan diagnosis dan pengobatan jantung. "Akibatnya banyak yang datang dalam kondisi yang sudah lebih parah dan sulit ditangani," papar dr. Ario dalam dialog "Transformasi digital dalam perawatan kardiovaskular: kemajuan, tantangan, dan langkah ke depan" yang digelar Philips Indonesia di Jakarta (28/5).

Melihat kondisi ini, penerapan digitalisasi pelayanan kesehatan muncul sebagai solusi strategis untuk mengatasi persoalan sumber daya kesehatan yang tidak merata. Berkat kemudahan komunikasi dan teknologi pemantauan jarak jauh, tim dokter kini dapat saling berdiskusi dan melakukan konsultasi lintas benua, mempercepat proses diagnosis, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik. "Sekarang ini dokter bisa melakukan diskusi secara live dan sharing informasi dengan dokter di negara lain, bahkan benua lain, dengan perbedaan waktu. Ini sesuatu yang 10 tahun lalu mungkin tidak terbayang bisa dilakukan," ujar dr. Ario.


Platform Informatika Terintegrasi dan Tele-konsultasi

Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri Ramayanti Dharmawan, menegaskan bahwa di negara dengan akses kesehatan yang belum merata, dibutuhkan solusi kesehatan yang mampu mempercepat diagnosis dan intervensi. Ia menambahkan, platform informatika terintegrasi sangat mendukung penanganan kasus jantung kompleks dengan menghubungkan data pencitraan dan data klinis lintas departemen.

"Sekarang ini dokter yang senior bisa mengarahkan atau melatih dokter lain melalui tele-consulting. Gambar hasil scan pemeriksaan juga bisa diakses oleh dokter melalui aplikasi di ponsel," tutur Astri. Tim multidisiplin—mulai dari kateterisasi jantung, ekokardiografi, CT, hingga MRI—dapat mengakses satu tampilan terpadu pasien untuk melacak perkembangan penyakit dan mengambil keputusan dengan lebih cepat dan tepat.


Peran Sistem Rujukan dan Edukasi di Daerah

Iing menambahkan bahwa sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan juga sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan penyakit jantung. "Masih banyak rumah sakit yang fasilitasnya terbatas. Kalau pasien bisa cepat dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap, tentu hasilnya akan lebih baik," katanya.

Selain itu, para dokter ahli juga diharapkan dapat mendidik dokter-dokter di daerah sehingga mampu melakukan berbagai upaya preventif. Kolaborasi antarsektor, baik swasta maupun pemerintah, mutlak diperlukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia
Copyright © Tampang.com
All rights reserved