Apakah Tukang Selingkuh Bisa Bertobat? Ini Fakta Psikologis yang Mengejutkan
Tanggal: 14 Mei 2025 18:38 wib.
Perselingkuhan adalah perilaku yang secara moral maupun sosial dianggap salah. Meskipun begitu, tindakan ini seringkali terjadi karena alasan yang kompleks dan tidak selalu sesederhana sekadar "bosan" atau "tidak bahagia". Banyak kasus perselingkuhan justru mencerminkan adanya masalah emosional dan psikologis yang belum terselesaikan dalam diri pelakunya.
Beberapa orang menyimpulkan bahwa sekali selingkuh maka akan terus selingkuh, seolah itu adalah sifat yang sulit diubah—bahkan ada yang menyamakannya dengan penyakit yang susah sembuh. Tapi, apakah benar perilaku selingkuh selalu akan diulang?
Mengutip dari situs psikologi Psych Central, jawabannya tidak sesederhana itu. Perilaku selingkuh bisa sangat dipengaruhi oleh karakter individu, pengalaman hidup, serta keinginannya untuk berubah. Artinya, bukan tidak mungkin seseorang yang pernah berselingkuh bisa benar-benar berubah dan berhenti dari kebiasaan tersebut, asalkan disertai kesadaran dan komitmen.
Statistik Mengejutkan tentang Perselingkuhan
Sebuah data dari Journal of Marital and Family Therapy menunjukkan bahwa perselingkuhan ternyata lebih umum daripada yang dibayangkan. Sebanyak 57% pria dan 54% wanita mengaku pernah berselingkuh. Dari jumlah itu, sekitar 36% di antaranya berselingkuh dengan rekan kerja.
Menariknya, rata-rata durasi perselingkuhan berlangsung selama dua tahun, yang menunjukkan bahwa tindakan ini bukan sekadar insiden sekali waktu, melainkan bisa menjadi hubungan yang berlangsung cukup lama secara diam-diam.
Lebih lanjut, sebanyak 74% pria menyatakan bahwa mereka bersedia berselingkuh jika yakin tidak akan ketahuan. Sedangkan pada wanita, angka ini mencapai 68%. Fakta ini menunjukkan bahwa bukan hanya dorongan emosi atau cinta yang membuat seseorang selingkuh, tetapi juga dorongan kesempatan dan kepercayaan bahwa perbuatannya tidak akan terbongkar.
Psikologi di Balik Perilaku Selingkuh
Psikolog Linda Hatch, dalam penjelasannya di Psych Central, mengungkapkan bahwa banyak pelaku perselingkuhan bukanlah orang yang kekurangan secara fisik atau emosional dalam hubungan mereka. Bahkan, sebagian besar memiliki pasangan yang menawan dan perhatian. Namun, alasan mereka berselingkuh sering kali berasal dari dalam diri mereka sendiri.
Menurut Linda, orang-orang yang sering berselingkuh cenderung memiliki rasa tidak aman (insecure) yang cukup tinggi. Ketika mereka menjalin hubungan terlarang dengan seseorang yang justru tidak lebih baik dari pasangannya, itu bukan karena mereka mencari kualitas yang lebih baik, melainkan karena mereka ingin merasa lebih unggul atau “berkuasa”.
Perselingkuhan dalam konteks ini menjadi cara untuk menutupi rasa rendah diri. Ketika seseorang merasa kurang berharga dalam hidupnya, perselingkuhan bisa menjadi “jalan pintas” untuk merasa lebih penting, diinginkan, dan dominan.
Selain itu, Linda juga menyoroti bentuk lain dari motivasi selingkuh, yakni objektifikasi diri secara seksual. Individu dengan dorongan ini merasa bahwa satu-satunya nilai diri mereka ada pada daya tarik seksual. Mereka butuh validasi dari luar untuk merasa “berarti”. Biasanya, mereka akan senang menggoda siapa saja yang tertarik kepada mereka, dan merasa seperti pemenang ketika mendapatkan perhatian.
Lantas, Apakah Tukang Selingkuh Bisa Berubah?
Pertanyaan ini sering kali muncul dalam benak mereka yang pernah dikhianati. Jawabannya: ya, tukang selingkuh bisa berubah, tetapi perubahan tersebut tidak terjadi begitu saja.
Linda menjelaskan bahwa perilaku selingkuh memiliki pola yang serupa dengan kecanduan emosional atau seksual. Artinya, perilaku ini bisa menjadi semacam pelarian dari rasa sakit batin, ketakutan, trauma masa lalu, atau kegagalan dalam mengelola emosi negatif. Maka dari itu, proses perubahan membutuhkan usaha menyeluruh, bukan hanya janji kosong.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyadari akar masalah yang mendorong perilaku selingkuh. Apakah itu karena trauma, rasa tidak aman, atau pola hubungan yang buruk di masa lalu. Setelah itu, seseorang harus mulai melepaskan semua kebiasaan buruk yang berhubungan dengan perilaku selingkuh, termasuk pola pikir yang menyalahkan pasangan.
Proses pemulihan dari kebiasaan selingkuh memerlukan waktu, konsistensi, dan terkadang bantuan profesional. Terapi psikologis menjadi salah satu pendekatan efektif untuk membantu seseorang mengenali dan menyembuhkan luka batin yang menjadi pemicu utama.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun seseorang dalam proses perubahan, bukan berarti godaan untuk selingkuh hilang begitu saja. Ada kalanya mereka tergoda kembali, terutama jika belum sepenuhnya menyelesaikan konflik batin dalam dirinya. Karena itu, penting bagi pasangan maupun lingkungan sekitar untuk memberi dukungan dan batasan yang sehat selama proses pemulihan berlangsung.