Apakah “Gula Darah Normal” Begitu Aman? Temuan Mengejutkan soal Fungsi Otak pada Orang Sehat
Tanggal: 17 Apr 2025 08:38 wib.
Selama ini, sebagian besar penelitian fokus pada bagaimana diabetes memengaruhi otak. Namun studi terkini dari Baycrest Health Sciences bekerja sama dengan University of Toronto justru menunjukkan bahwa kadar gula darah yang relatif tinggi—meski masih dalam rentang bukan diabetes—dapat berdampak pada fungsi otak dan sistem saraf otonom pada orang dewasa sehat. Hasil penelitian yang dipublikasikan di Neurobiology of Aging ini mengungkap hubungan menakjubkan antara hemoglobin terglikasi (HbA1c), variabilitas detak jantung (HRV), dan konektivitas otak, terutama pada kelompok usia lebih tua dan pada wanita.
Mengapa Penelitian Ini Dilakukan?
Selama ini, pasien diabetes diketahui sering mengalami gangguan pada bagian otak yang mengatur proses otomatis tubuh—seperti mengontrol detak jantung dan tekanan darah. Tim peneliti ingin mengetahui apakah pola serupa juga terlihat pada individu sehat, tanpa riwayat diabetes. Mereka menelaah data dari LEMON dataset, yang berisi informasi terperinci tentang interaksi antara kondisi pikiran, tubuh, dan emosi.
Metodologi: Siapa dan Bagaimana
Dari 227 relawan, para peneliti memilih 146 orang yang lengkap datanya: 114 peserta muda (ratarata usia 25 tahun) dan 32 peserta tua (ratarata usia 68 tahun), dengan perwakilan perempuan dan lakilaki. Setiap peserta menjalani:
Pemeriksaan HbA1c melalui sampel darah untuk mengukur ratarata kadar gula darah tiga bulan terakhir.
Pencitraan otak memakai fMRI saat kondisi istirahat untuk menilai kekuatan konektivitas antarwilayah otak—terutama yang mengatur sistem saraf otonom.
Rekaman EKG untuk menghitung HRV, dengan fokus pada dua parameter: RMSSD (root mean square of successive differences) dan komponen frekuensi tinggi (HF), indikator aktivitas parasimpatik.
HbA1c Tinggi dan HRV yang Menurun
Hasil analisis mengonfirmasi bahwa peserta dengan HbA1c lebih tinggi cenderung memiliki HRV yang lebih rendah—pertanda aktivitas sistem saraf parasimpatik yang melemah. Semakin tinggi kadar hemoglobin terglikasi, semakin sedikit variasi detak jantung harian mereka. Temuan ini signifikan karena HRV rendah selama ini dikenal sebagai faktor risiko masalah kardiovaskular.
Konektivitas Otak dan Sistem Saraf Otonom
Selain HRV, para peneliti menemukan bahwa nilai HbA1c yang meningkat berkaitan dengan melemahnya sambungan saraf di wilayah otak pengendali respons otomatis—termasuk area insula dan medula. Koneksi ini penting untuk menjaga stabilitas tekanan darah, suhu tubuh, dan reaksi stres. Penurunan kekuatan koneksi tersebut dapat menyebabkan tubuh kurang tanggap dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dampak Lebih Besar pada Usia Lebih Tua
Meskipun korelasi gula darah tinggi dengan penurunan HRV dan konektivitas otak terjadi pada semua peserta, efeknya lebih nyata pada kelompok usia lanjut. Pada orang berusia ratarata 68 tahun, kenaikan sedikit saja pada HbA1c diiringi penurunan signifikan pada HRV dan sinyal fMRI wilayah parasimpatik. Temuan ini menunjukkan bahwa proses penuaan memperkuat kerentanan otak terhadap pengaruh glukosa sirkulasi.
Perbedaan antara Perempuan dan Lakilaki
Menariknya, studi ini juga mencatat perbedaan jenis kelamin: hubungan antara HRV rendah dan konektivitas otak yang melemah muncul lebih kuat pada perempuan, khususnya di belahan kiri otak. Padahal, secara umum kadar HbA1c dan nilai HRV tidak berbeda signifikan antara pria dan wanita. Hal ini menandakan faktor biologis atau hormonal wanita mungkin memengaruhi cara glukosa darah berdampak pada sistem saraf otonom.
Batasan Penelitian
Meski memberikan wawasan baru, penelitian ini memiliki keterbatasan:
Jumlah peserta lansia lebih sedikit dibanding yang muda, sehingga perlu konfirmasi dengan sampel yang lebih besar.
Tidak ada data partisipan usia paruh baya, membuat rentang usia penelitian berlubang.
Informasi ras, etnis, dan riwayat penggunaan obat tidak tercatat, padahal bisa memengaruhi kesehatan metabolik dan neurologis.
Desain crosssectional hanya menangkap kondisi pada satu titik waktu, sehingga belum bisa memastikan sebabakibat antara kadar gula darah dan perubahan fungsi otak.
Implikasi bagi Kehidupan Seharihari
Temuan ini memperluas pemahaman bahwa menjaga kadar gula darah tetap optimal bukan hanya penting bagi penderita diabetes, tetapi juga bagi siapa saja yang peduli dengan fungsi otak dan kesehatan otonom tubuh. Variasi detak jantung yang baik dan konektivitas otak yang kuat penting untuk mengontrol stres, tekanan darah, dan respons imun.
Rekomendasi Awal
Berdasarkan hasil studi ini, beberapa langkah pencegahan yang bisa dipertimbangkan:
Pantau Kadar Gula Darah Rutin
Bahkan tanpa diabetes, cek HbA1c setiap enam bulan untuk memastikan gula darah berada di bawah ambang 5,7%.
Pola Makan Rendah Gula Tambahan
Kurangi konsumsi minuman manis, karbohidrat olahan, dan camilan bergula tinggi.
Aktivitas Fisik Teratur
Berolahraga minimal 150 menit per minggu membantu meningkatkan sensitivitas insulin serta meningkatkan HRV.
Latihan Pernapasan dan Meditasi
Teknik relaksasi terbukti meningkatkan HRV dan mendukung konektivitas parasimpatik otak.
Konsultasi dengan Profesional
Diskusikan dengan dokter atau ahli gizi soal strategi menjaga gaya hidup dan kemungkinan pemeriksaan neurologis jika Anda berusia lanjut atau memiliki riwayat keluarga terkait.
Kesimpulan
Studi Baycrest–University of Toronto menantang pandangan konvensional bahwa fungsi otak hanya terancam pada penderita diabetes. Bahkan pada orang dewasa sehat, kadar gula darah yang sedikit lebih tinggi bisa mengganggu variabilitas detak jantung dan konektivitas otak pengendali sistem otomatis tubuh. Riset lanjutan dengan desain longitudinal dan sampel lebih beragam sangat dibutuhkan untuk memastikan apakah menurunkan HbA1c di rentang pradiabetes benarbenar dapat memperbaiki kesehatan otak. Hingga saat itu, menjaga pola makan dan gaya hidup aktif tetap menjadi strategi terbaik untuk memelihara kesehatan metabolik dan neurologis.