Sumber foto: Canva

Apa yang Terjadi pada Otak Saat Sedang Cemas?

Tanggal: 23 Mei 2025 08:25 wib.
Kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres atau ancaman. Namun, saat perasaan cemas berlebihan, hal ini bisa memengaruhi fungsi otak dan kesehatan secara keseluruhan. Untuk memahami bagaimana cemas memengaruhi otak, penting untuk mengenali bagian-bagian yang terlibat dalam respons tersebut.

Salah satu bagian utama otak yang terlibat saat kita cemas adalah amygdala. Amygdala berfungsi sebagai pusat pengolahan emosi dan memainkan peran kunci dalam mengenali ancaman. Ketika seseorang mengalami kecemasan, amygdala akan bereaksi dengan cepat, memicu siklus respons "lawan atau lari." Reaksi ini menciptakan rasa takut yang kuat dan dapat menyebabkan berbagai reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat, napas pendek, dan ketegangan otot.

Ketika amygdala aktif, bagian otak lainnya, yaitu korteks prefrontal, sering kali terpukul mundur dalam fungsi pengaturannya. Korteks prefrontal bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan kontrol emosi. Akibatnya, saat cemas, kemampuan untuk berpikir jernih dan membuat keputusan rasional dapat terganggu. Banyak orang yang mengalami cemas mengeluhkan kesulitan berkonsentrasi, dan ini bisa dimengerti secara ilmiah. Ketika amygdala mengambil alih, bagian otak yang seharusnya membantu menenangkan pikiran malah terhambat.

Tak hanya itu, kecemasan juga memengaruhi sistem neurotransmitter di otak. Senyawa kimia seperti serotonin dan dopamin, yang berperan penting dalam pengaturan suasana hati dan emosi, dapat berubah saat seseorang mengalami cemas. Ketidakseimbangan neurotransmitter ini dapat berkontribusi pada perasaan cemas yang terus-menerus dan bahkan dapat berujung pada gangguan psikologis yang lebih serius, seperti depresi atau gangguan kecemasan berlebihan.

Satu lagi yang perlu dikhawatirkan adalah dampak jangka panjang dari kecemasan pada otak. Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan penurunan volume otak di beberapa area, terutama di hippocampus, yang terlibat dalam pembentukan memori dan belajar. Kebangkitan stres ini bisa mengakibatkan berbagai masalah kognitif, mulai dari kesulitan dalam mengambil keputusan hingga kehilangan ingatan jangka pendek.

Selain dampak struktural, kecemasan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan tidur. Sistem saraf otonom yang terpengaruh oleh kecemasan dapat menyebabkan gangguan tidur yang lebih dalam, mendorong siklus negatif yang malah memperburuk kondisi kecemasan itu sendiri. Kurang tidur dapat mengganggu kemampuan otak untuk berfungsi dengan baik, yang semakin memperburuk kecemasan dan menciptakan kebingungan berlebih.

Di samping itu, pada beberapa individu, momen cemas bisa memicu reaksi fisik lainnya yang lebih serius, seperti serangan panik. Pada titik ini, otak dan tubuh bereaksi secara bersamaan, menciptakan gelombang gejala yang bisa sangat mengganggu. Sensasi fisik yang dialami, seperti perasaan tidak berdaya, palpitasi, atau kesulitan bernapas, dapat berkontribusi pada perasaan cemas yang mendalam, sehingga menciptakan umpan balik negatif.

Sederhananya, ketika seseorang mengalami kecemasan, banyak proses di dalam otak yang terlibat dan berinteraksi satu sama lain. Memahami apa yang terjadi pada otak saat cemas tidak hanya memperjelas pengalaman individu yang merasakannya tetapi juga penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental di masyarakat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved