Sumber foto: iStock

Apa Dampaknya Jika Seorang Dokter Mengalami Buta Warna?

Tanggal: 20 Jul 2024 21:00 wib.
Ketika kita masih anak-anak, seringkali tidak ada satupun yang mengetahui jika seseorang mengidap buta warna. Mereka yang mengalami masalah buta warna biasanya baru menyadari keadaannya saat melihat bunga mawar yang merah berdaun hijau dengan warna yang sama-sama terlihat abu-abu. Hal ini serupa dengan melihat film hitam putih, sebuah fenomena yang hanya dialami oleh mereka yang mengalami buta warna total.

Namun, perlu diketahui bahwa ada jenis buta warna lainnya. Ada kasus di mana seseorang tidak dapat melihat warna merah pada bunga, tetapi dapat melihat warna hijau pada daunnya, yang disebut sebagai buta warna merah. Sebaliknya, ada juga kasus di mana seseorang dapat melihat warna merah pada bunga, tetapi tidak dapat melihat warna hijau pada daunnya, yang disebut sebagai buta warna hijau.

Ketika seseorang mengalami buta warna merah, hal ini menjadi perhatian serius terutama dalam hal keselamatan. Sebab, tanda peringatan berwarna merah biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya bahaya. Sebagai contoh, seorang pilot yang mengalami buta warna merah tidak akan dapat melihat lampu peringatan merah di ujung sayap kiri pesawat jika dia mengalami buta warna merah.

Sebaliknya, seseorang yang mengalami buta warna hijau tidak akan dapat melihat lampu peringatan hijau di ujung sayap kanan pesawat. Kegagalan dalam memahami sinyal peringatan ini dapat menyebabkan kecelakaan fatal, terutama saat ada pesawat lain yang berada di jalur yang sama dengan pesawat yang dipiloti oleh seseorang yang mengalami buta warna ini. Kondisi ini dapat membahayakan nyawa baik dirinya maupun orang lain yang ada dalam pesawat. Oleh karena itu, para calon pilot dengan masalah buta warna harus segera dilarang untuk terbang.

Sekarang, bagaimana dengan profesi dokter? Biasanya, para pelajar yang memiliki ambisi untuk menjadi dokter sudah seharusnya menjalani tes buta warna sejak dini. Tes ini kini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi di ponsel pintar. Misalnya, di Google Play Store, aplikasi Ishihara bisa digunakan untuk menguji buta warna. Aplikasi ini terdiri dari 36 gambar yang harus dikenali dengan benar. Empat angka terakhir pada masing-masing gambar terdiri dari dua angka, dengan angka pertama berwarna merah dan angka kedua berwarna hijau. Jika seseorang tidak dapat membaca angka pertama, maka itu berarti dia mengalami buta warna merah, dan jika dia tidak dapat membaca angka kedua, maka dia mengalami buta warna hijau.

Jika terdapat situasi di mana seseorang hanya dapat membaca angka pertama dari 36 gambar yang ada, hal ini berarti dia mengalami buta warna total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki yang mengalami buta warna seharusnya tidak memiliki mimpi untuk menjadi dokter, ahli farmasi, ahli kimia, atau bahkan pilot. Hal ini dikarenakan kasus buta warna hanya dialami oleh anak laki-laki saja, dengan persentase sekitar 5% dari populasi.

Meskipun demikian, ada beberapa kasus di mana dokter-dokter berhasil mencapai gelar profesional mereka meskipun mereka mengalami masalah buta warna. Dalam beberapa kasus, dokter tersebut bahkan menjadi dokter spesialis anak. Hal ini terjadi akibat terjadinya kekeliruan dalam proses pemeriksaan buta warna atau karena adanya tindakan KKN yang tak bertanggung jawab. Seiring berjalannya waktu, tes buta warna kini dianjurkan untuk dilakukan secara acak guna menjamin keakuratan hasilnya.

Seorang dokter yang mengalami buta warna dan bekerja di bidang histologi, akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan pekerjaannya sebab tugasnya mensyaratkan kemampuan untuk membaca sediaan dengan warna merah dan hijau. Meskipun dia mendeskripsikan keadaannya sebagai buta warna parsial, yang merupakan istilah kuno dalam dunia tes buta warna yang menandakan bahwa seseorang hanya mengalami kesulitan dalam melihat warna merah atau hijau, dokter pemeriksa tetap memutuskan untuk melanjutkan tes buta warna dan mengizinkannya untuk menjadi dokter. 

Dalam situasi ini, dokter yang mengalami buta warna menegaskan bahwa dia membutuhkan waktu lebih lama untuk menentukan diagnosis histologi. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah keadaan ini berpotensi membahayakan pasien? Terlepas dari risiko yang ditanggung oleh dokter yang bersangkutan, risiko terbesar tetap ditanggung oleh pasien. Hal ini disebabkan kesalahan dalam diagnosis yang dapat berujung pada kondisi yang fatal bagi pasien.

Selain itu, ada juga kasus dokter umum yang mengetahui bahwa dia mengalami buta warna sejak awal pendidikannya di sekolah kedokteran. Sadar akan keadaannya tersebut, dia berhasil melalui tes buta warna dan memutuskan untuk melanjutkan karirnya sebagai dokter umum, lalu melamar untuk menjadi dokter spesialis anak. Ternyata, dia mampu melalui tes hematologi dengan melihat sediaan mikroskop menggunakan metode makroskopis. Meskipun dia lulus sebagai dokter spesialis anak, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-harinya, dia menghadapi kesulitan dalam beberapa situasi, seperti ketika harus membedakan antara pendarahan bawah kulit dan gigitan nyamuk pada pasien dengan penyakit demam berdarah.

Di samping itu, ada kasus lain di mana seseorang memperoleh masalah buta warna bukan akibat faktor keturunan, melainkan terpapar oleh zat-zat kimia yang menyebabkan keracunan. Tetapi, ketika tidak lagi terpapar oleh zat-zat tersebut, kondisi buta warna ini bisa pulih kembali. Tes HRR menjadi landasan untuk melihat seberapa parah dampak buta warna yang dialami olehseseorang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved