Ancaman Senyap Nyamuk: Kemenkes Ingatkan Bahaya Pembunuh Paling Mematikan di Dunia
Tanggal: 26 Mei 2025 23:45 wib.
Tampang.com | Nyamuk, serangga kecil yang kerap disepelekan, ternyata tercatat sebagai salah satu vektor penyakit paling mematikan di dunia. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengingatkan bahwa gigitan nyamuk, meskipun tampak sepele, bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahun secara global. "Bukan hewan buas yang menjadi penyebab kematian terbanyak, melainkan nyamuk. Gigitan nyamuk, meski tampak sepele, bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahunnya,” ungkap Dante di Jakarta, Senin (26/5/2025), seperti dikutip dari laman Kementerian Kesehatan.
Demam Berdarah Dengue (DBD): Ancaman Global yang Terus Meningkat
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dan masih menjadi ancaman serius secara global. Lebih dari 3,9 miliar orang di dunia berisiko terinfeksi dengue. "Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi, bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, Peru, dan Vietnam,” tambah Dante.
Tahun 2024 menjadi puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian. Angka ini mendorong pemerintah menargetkan zero dengue death pada tahun 2030. Namun, target ambisius ini membutuhkan kolaborasi konkret antar-pemangku kepentingan, organisasi profesi, dan pengambil kebijakan.
Upaya Pemerintah dan Dukungan Politik
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya, mulai dari program satu rumah satu jumantik, fogging, inovasi nyamuk Wolbachia, hingga pengembangan vaksin dengue. “Namun semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif DPR RI dan masyarakat,” jelas Dante.
Dukungan politik terhadap upaya penanggulangan dengue ditunjukkan dengan pembentukan Presidium Kaukus Kesehatan oleh DPR RI bersama Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan. Inisiatif ini diluncurkan di Gedung DPR RI, Jakarta, pada Senin (26/5/2025). Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyebut presidium ini sebagai ruang strategis lintas komisi dan fraksi untuk menjembatani kepentingan publik dalam membangun sistem kesehatan nasional. Ia menegaskan bahwa DPR melalui Komisi IX akan terus mengadvokasi isu-isu kesehatan dan mendukung kebijakan Kementerian Kesehatan, terutama dalam penguatan layanan primer dan deteksi dini penyakit menular.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, juga menegaskan bahwa dengue bukanlah isu baru, melainkan persoalan yang terus berulang dengan tren peningkatan setiap tahun. Hingga Mei 2025, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 56.000 kasus DBD dan 250 kematian. "Politik kesehatan diperlukan untuk mendorong pendanaan, edukasi, serta penguatan upaya vaksinasi dan sistem data yang terintegrasi,” ucapnya.
Edy Wuryanto menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan atas berbagai inovasi pasca pandemi, namun berharap agar isu dengue mendapat prioritas dalam perencanaan program dan penganggaran. Menurutnya, strategi pengendalian dengue harus mencakup pengendalian vektor, deteksi dini, pengobatan, serta pemanfaatan teknologi seperti Wolbachia dan insektisida ramah lingkungan. Gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang, dan upaya tambahan lainnya) juga harus digalakkan secara masif dan menjadi kebijakan kolektif oleh semua pihak, termasuk DPR.
Sebagai masyarakat, apa peran yang bisa kita ambil untuk mendukung upaya pencegahan DBD ini?