Ancaman Nyata di Balik Pemotongan Dana Kesehatan Global: Ibu Hamil Terancam Nyawa, Satu Tewas Tiap 2 Menit!
Tanggal: 22 Apr 2025 09:11 wib.
Pemotongan anggaran bantuan kesehatan global kini menjadi ancaman serius bagi keselamatan para ibu hamil dan melahirkan di seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah lembaga internasional mengeluarkan peringatan keras dalam laporan terbaru yang dirilis pada April 2025. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa tren penurunan angka kematian ibu bisa saja berbalik arah jika pemangkasan dana terus berlanjut.
Menurut data yang dihimpun bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak tahun 2000 hingga 2023, angka kematian ibu secara global berhasil ditekan hingga 40 persen. Keberhasilan ini didorong oleh peningkatan akses terhadap layanan kesehatan penting, seperti pemeriksaan kehamilan rutin, tenaga medis terlatih, serta fasilitas persalinan yang lebih aman. Namun, kini pencapaian tersebut berada di ujung tanduk.
Krisis Baru Akibat Pemangkasan Dana
Laporan ini muncul tak lama setelah pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk membekukan berbagai bentuk bantuan luar negeri, termasuk menghentikan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Inggris dan beberapa negara donor besar lainnya juga telah menyatakan akan mengurangi anggaran bantuan luar negeri mereka.
Dr Bruce Aylward, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Cakupan Kesehatan Universal, menyampaikan bahwa pemangkasan dana ini dapat menimbulkan kerusakan besar terhadap sistem kesehatan global. Bahkan ia menyebut dampaknya mirip seperti pandemi, dengan potensi menyebabkan kerusakan struktural yang mendalam dan berkepanjangan.
"Ini bukan sekadar memperlambat progres, tetapi bisa benar-benar membalikkan kemajuan yang telah kita bangun selama dua dekade terakhir," ujar Aylward.
Layanan Esensial Mulai Terancam
WHO mengungkapkan bahwa beberapa negara mulai mengalami krisis layanan kesehatan akibat pemotongan dana ini. Dampak yang paling terasa adalah berkurangnya jumlah tenaga kesehatan, penutupan pusat layanan kesehatan, serta kelangkaan obat-obatan vital seperti yang digunakan untuk menghentikan pendarahan pasca melahirkan dan preeklamsia.
Tak hanya itu, pemotongan juga terjadi di program-program penting lainnya seperti pengendalian malaria dan pengobatan HIV/AIDS—dua sektor yang sangat erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan bayi. Semua ini menambah beban dan risiko yang dihadapi oleh perempuan hamil, terutama di negara-negara berkembang.
Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
Meski ada kemajuan signifikan dalam dua dekade terakhir, laporan ini menyebutkan bahwa satu perempuan masih meninggal setiap dua menit akibat komplikasi selama kehamilan atau persalinan pada tahun 2023. Artinya, sekitar 260.000 ibu meninggal dunia hanya dalam satu tahun.
Lebih mengkhawatirkan lagi, sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah. Faktor seperti akses terhadap layanan kesehatan dasar, pendidikan kesehatan ibu, dan ketersediaan fasilitas medis sangat menentukan keselamatan mereka.
Ironisnya, di tengah upaya global untuk menurunkan angka kematian ibu, beberapa negara justru mengalami lonjakan. Amerika Serikat termasuk di antaranya, bersama Venezuela, Republik Dominika, dan Jamaika. Di negara-negara ini, tingkat kematian ibu meningkat signifikan sejak tahun 2000.
Efek Pandemi Masih Terasa
Pandemi COVID-19 juga memperparah situasi. Pada tahun 2021 saja, diperkirakan sekitar 40.000 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang berkaitan dengan pandemi. Jumlah total kematian ibu pada tahun tersebut melonjak menjadi 322.000 orang—angka tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan semakin terlihat jelas selama pandemi. Negara-negara miskin atau yang dilanda konflik cenderung mengalami krisis lebih parah, karena infrastruktur kesehatan yang sudah rapuh menjadi lumpuh sepenuhnya.
Solusi Ada, Tapi Butuh Komitmen
Dalam pernyataannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa meskipun data menunjukkan secercah harapan, realitas di lapangan sangat mengkhawatirkan. “Kehamilan masih menjadi ancaman besar bagi jutaan perempuan di seluruh dunia. Padahal kita punya solusi, kita tahu apa yang harus dilakukan,” tegasnya.
Ghebreyesus menambahkan bahwa investasi pada layanan kesehatan ibu dan anak bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Anak-anak yang lahir sehat dan ibu yang selamat dari proses melahirkan akan lebih mampu membentuk keluarga yang sejahtera dan produktif.
Harapan dan Tanggung Jawab Global
Dunia internasional kini dihadapkan pada pilihan yang genting: apakah akan membiarkan kemajuan selama dua dekade terakhir runtuh dalam waktu singkat, atau justru memperkuat komitmen untuk mewujudkan akses kesehatan universal bagi semua. Keselamatan ibu hamil dan bayi mereka harus menjadi prioritas global yang tak bisa ditunda lagi.
Untuk itu, perlu dorongan kuat dari masyarakat sipil, media, hingga pembuat kebijakan agar anggaran kesehatan global tak terus dipangkas. Karena pada akhirnya, kesehatan ibu adalah fondasi dari masa depan generasi yang akan datang.