Alami Migrain Parah, Ada Parasit Langka di Otak Pria Ini
Tanggal: 27 Apr 2024 16:46 wib.
Seorang pria berusia 52 tahun, berasal dari Florida, mengeluh menderita migrain yang semakin parah dalam empat bulan terakhir. Setelah menjalani pemeriksaan menggunakan CT scan, para dokter menemukan bahwa sakit kepala yang dideritanya disebabkan oleh beberapa kista yang tersebar di seluruh bagian otaknya.
Para pakar penyakit menular kemudian melakukan tes darah untuk memastikan bahwa kista-kista tersebut merupakan larva cacing pita babi (Taenia solium), yang kemudian menyebabkan sakit kepala yang dialami pria tersebut disebut sebagai gejala neurocysticercosis.
Menariknya, sumber infeksi pasien ini masih menjadi teka-teki bagi tim dokter dan peneliti Amerika yang menangani kasus ini. Pria tersebut menyatakan bahwa ia tidak pernah bepergian ke negara atau peternakan mana pun yang meningkatkan risiko terpapar daging babi yang terinfeksi atau makanan serta air yang terkontaminasi dengan kotoran yang mengandung larva cacing pita.
Neurocysticercosis sendiri diketahui sangat jarang terjadi di luar lingkungan paparan klasik seperti perjalanan ke negara-negara dengan sanitasi yang buruk. Masalah ini sebelumnya dianggap tidak pernah terjadi di Amerika Serikat.
Namun, pria tersebut mengonfirmasi bahwa dirinya sangat menyukai bacon yang dimasak setengah matang dan telah mengonsumsinya sepanjang hidupnya. Hal ini mungkin menyebabkan ia memiliki cacing pita di tubuhnya, yang juga dikenal sebagai taeniasis, namun hal ini tidak menjelaskan bagaimana kista-kista tersebut bisa masuk ke dalam otaknya.
Peneliti hanya bisa berspekulasi, namun mengingat kecenderungan pasien terhadap daging babi yang kurang matang dan riwayat paparan yang tidak berbahaya, diperkirakan bahwa sistiserkosisnya ditularkan melalui autoinfeksi setelah mencuci tangan yang tidak tepat setelah ia sendiri tertular taeniasis dari kebiasaan makannya.
Taeniasis terjadi ketika seseorang mengonsumsi daging babi setengah matang dan kista larva tertanam di dalamnya, sedangkan sistiserkosis tertular ketika manusia menelan telur yang ditemukan dalam kotoran manusia lain yang menderita taeniasis.
Dokter menduga bahwa pria tersebut kemungkinan besar terkena cacing pita karena mengonsumsi daging yang kurang matang, dan kemudian menelan sebagian telurnya dari kotorannya sendiri.
Neurocysticercosis menimbulkan risiko yang jauh lebih tinggi daripada migrain, dengan hingga 80 persen kasus mengalami kejang. Gejala dapat bervariasi tergantung pada bagian otak mana kista-kista tersebut tertanam. Gejala klasik termasuk defisit neurologis fokal seperti kelumpuhan parsial, kelemahan, mati rasa, dan kehilangan kendali atas gerakan.
Peneliti dari studi kasus ini menekankan bahwa meskipun migrain tidak memerlukan pemeriksaan neuroimaging, perubahan frekuensi atau karakter migrain yang akut dan terus-menerus harus meningkatkan kekhawatiran terhadap adanya patologi baru.
Pria ini diobati dengan obat anti-parasit dan anti-inflamasi, yang akhirnya berhasil menghilangkan cacing pita di otaknya dan sakit kepala yang ditimbulkannya pun hilang. Dengan semakin meningkatnya kasus-kasus neurocysticercosis, peneliti menekankan perlunya kesadaran akan risiko penularan parasit otak ini, terutama terkait dengan konsumsi daging babi setengah matang dan sanitasi yang kurang baik. Menyebar luasnya informasi mengenai gejala dan pengobatan neurocysticercosis juga menjadi sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap ancaman penyakit ini.