Air Bersih Kian Langka di Kota Besar, Ancaman Kesehatan Makin Nyata!
Tanggal: 13 Mei 2025 23:48 wib.
Tampang.com | Kota-kota besar seperti Jakarta, Bekasi, dan Surabaya tengah menghadapi krisis air bersih yang makin memburuk. Bukan hanya soal pasokan, tapi juga soal kualitas air yang digunakan masyarakat sehari-hari. Krisis ini bukan lagi soal kenyamanan, tapi menyangkut kesehatan publik secara luas.
Dari Pipa Kotor hingga Air Tak Layak Konsumsi
Dalam beberapa pekan terakhir, laporan warga terkait air keruh, bau, dan bahkan berwarna meningkat drastis. Banyak yang terpaksa membeli air galon atau menyaring sendiri air tanah yang semakin tercemar.
“Air sumur di pemukiman padat penduduk sudah terkontaminasi limbah rumah tangga dan industri ringan,” kata dr. Ratna Puspitawati, ahli kesehatan lingkungan dari UI.
Menurutnya, air yang tercemar berpotensi membawa bakteri E. coli, logam berat, dan zat kimia berbahaya. Jika dikonsumsi terus-menerus, risiko infeksi saluran cerna, gangguan ginjal, hingga kanker bisa meningkat.
Sanitasi Buruk Memperparah
Kondisi ini makin parah di wilayah yang belum memiliki sistem sanitasi layak. Air limbah domestik kerap mencemari sumber air tanah, sementara sistem perpipaan air bersih milik pemerintah sering mengalami kebocoran dan kontaminasi.
“Sanitasi buruk adalah bom waktu. Di kota besar sekalipun, kita belum benar-benar aman dari krisis air bersih,” ujar dr. Ratna.
Pemerintah Dinilai Lambat Menanggapi
Meskipun krisis air bersih sudah berlangsung bertahun-tahun, respons kebijakan dinilai lambat dan bersifat reaktif. Proyek pembangunan sumur artesis atau instalasi air bersih tak kunjung menjangkau seluruh warga kota, terutama mereka yang tinggal di kawasan padat dan kumuh.
“Air adalah hak dasar. Jika dibiarkan, ini bisa jadi bencana kesehatan nasional,” tegas dr. Ratna.
Solusi Mendesak: Infrastruktur dan Edukasi
Pakar menyarankan pemerintah fokus pada perbaikan infrastruktur air bersih, edukasi masyarakat soal penggunaan air, dan pengawasan terhadap pembuangan limbah. Pemanfaatan teknologi filtrasi air sederhana juga harus disosialisasikan secara merata.
“Krisis air bersih bukan hanya soal ketersediaan, tapi juga soal keadilan akses dan kualitas,” tutup dr. Ratna.