5 Merek Kecantikan Lokal yang Keok di Negeri Sendiri: Kegagalan di Balik Kemajuan Industri
Tanggal: 8 Des 2024 18:36 wib.
Industri kecantikan lokal sedang mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Namun, dalam persaingan ketat, beberapa perusahaan kecantikan lokal justru gagal bertahan dan terpaksa gulung tikar.
Tumbangnya merek lokal di negeri sendiri bukanlah hal yang mengejutkan. Founder Female Daily, Hanifa Ambadar, sebelumnya telah memprediksi periode mulai tumbangnya sejumlah merek kecantikan lokal pada tahun 2024. Prediksinya tidak luput dari fakta bahwa industri kecantikan selalu didominasi oleh munculnya merek-merek baru yang menawarkan produk inovatif.
Hanifa menyatakan, "Brand kecantikan 2024 selalu ada yang baru. Brand (merek) yang baru akan ada banyak banget, apalagi kayak fragrance (parfum). Itu yang lagi booming, setiap minggu ada brand-brand baru." Pernyataan ini menjadi refleksi dari kondisi industri kecantikan yang selalu dinamis dan terus berkembang.
Selain itu, Anugerah Pakerti, CEO AVO Innovation Technology, juga melihat bahwa gempuran produk kecantikan impor turut menjadi faktor yang mampu menghancurkan persaingan merek lokal.
Berikut adalah lima merek kecantikan lokal yang mengalami kegagalan di Indonesia:
1. SYCA
SYCA adalah merek kosmetik dan perawatan kulit (skincare) lokal yang didirikan pada tahun 2019 oleh Pamela Wirjadinata dan Monica Tan. Produk-produk SYCA termasuk populer di kalangan para beauty enthusiast, dan salah satu produk unggulannya adalah liptint.
Namun, popularitas tidak menjamin keberlanjutan merek. Pada 30 September 2024, SYCA mengumumkan penutupan perusahaan melalui akun Instagram resmi (@syca.official). Mereka menjelaskan bahwa perjalanan SYCA akan berakhir dan melakukan penjualan cuci gudang besar-besaran sebelum resmi pamit dari industri kecantikan.
Keputusan tersebut disambut dengan dukungan dan rasa kehilangan dari para konsumen setia SYCA. Ini merupakan pengalaman yang tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga oleh para pelanggan yang telah mempercayai dan mencintai produk-produk dari merek lokal ini.
2. Runa Beauty
Merek kecantikan ini juga harus menutup buku pada tahun 2024 setelah berdiri sejak 2019. Runa Beauty mengucapkan terima kasih kepada konsumen setia melalui akun Instagram @madebyruna dan menggelar diskon perpisahan untuk memenuhi permintaan terakhir dari para penggemar.
3. Beet Beauty
Beet Beauty yang baru berusia tiga tahun juga terpaksa menutup bisnisnya pada awal November 2024. Mereka mengadakan diskon besar-besaran untuk produk andalan mereka, sebagai bentuk 'kado perpisahan' kepada penggemar setia merek ini. Pendiri Beet Beauty adalah dua perempuan yang awalnya merupakan beauty enthusiast sebelum memutuskan untuk merambah ke dunia bisnis kecantikan.
4. Noolab
Pada 5 Juni 2024, merek skincare lokal Noolab secara resmi menutup bisnisnya di Indonesia. Keputusan ini diumumkan melalui akun Instagram resmi (@noolabofficial), di mana mereka membagikan rasa sedih atas kepergian mereka dari industri kecantikan Indonesia.
Sebelum penutupan, Noolab juga melakukan penjualan besar-besaran dengan diskon sebesar 60 persen untuk menyampaikan salam perpisahan kepada konsumen mereka. Alasan di balik penutupan Noolab adalah nama merek mereka ditolak untuk yang kedua kalinya oleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
5. Innertrue
Innertrue, yang sebelumnya tutup pada 31 Juli 2023, juga merupakan contoh lain dari merek kecantikan lokal dalam kesulitan. Mereka mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah menjadi bagian dari perjalanan merek tersebut sebelum menutup bisnis dan produksi skincare mereka secara resmi.
Kegagalan merek-merek kecantikan lokal ini juga merupakan pembelajaran bagi industri kecantikan Indonesia bahwa persaingan pasar tidaklah mudah. Dibutuhkan strategi yang kuat dan terus-menerus berinovasi untuk tetap dapat bertahan dalam persaingan yang ketat. Hal ini juga menjadi cerminan bahwa populernya sebuah merek tidak menjamin kesuksesannya dalam jangka panjang.
Dalam kondisi industri kecantikan yang terus berkembang, tantangan bagi merek lokal untuk tetap eksis menjadi semakin berat. Ketatnya persaingan dengan merek-merek impor, perkembangan tren kecantikan yang selalu berubah, dan tuntutan konsumen yang semakin tinggi menjadi alasan mengapa merek-merek lokal perlu terus berinovasi dan memperkuat strategi pemasaran agar dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif.