Sumber foto: iStock

30 Hari Puasa Ramadan: Ini 3 Perubahan Luar Biasa pada Tubuh!

Tanggal: 30 Mar 2025 13:38 wib.
Tampang.com | Ramadan adalah bulan yang sangat diantisipasi oleh umat Muslim di seluruh dunia. Selama 30 hari, mereka menjalani ibadah puasa yang tidak hanya memiliki makna spiritual mendalam tetapi juga membawa berbagai perubahan fisiologis yang signifikan dalam tubuh.

Puasa selama Ramadan bukan hanya tentang menahan makan dan minum dari fajar hingga terbenamnya matahari, tetapi juga dapat berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Dalam beberapa tahun terakhir, puasa menjadi tren kesehatan yang semakin populer, dengan metode intermiten fasting yang diperkenalkan sebagai cara yang efektif untuk menurunkan berat badan.

Ahli gizi, dr. Lina Shibib dari Rumah Sakit Medcare Dubai, menjelaskan bahwa praktik puasa yang teratur dapat memicu penyembuhan tubuh dan meningkatkan fungsionalitas organ. Namun, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita setelah sebulan menjalani puasa Ramadan? Berikut adalah tiga perubahan utama yang terjadi.

Perubahan pada Otak

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Institut Psikiatri, Psikologi, dan Ilmu Saraf King's College London, terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kinerja otak. Kegiatan ini menghasilkan neuron baru di bagian otak yang disebut "hipokampus," yang berfungsi untuk memperbaiki ingatan jangka panjang dan melindungi otak dari gangguan neurodegeneratif.

Dr. Shibib menjelaskan bahwa puasa dan olahraga memiliki kesamaan; keduanya dapat meningkatkan pembentukan BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), sebuah protein penting yang berperan dalam pembelajaran, memori, dan perkembangan neuron.

Selama menjalani puasa, kondisi stres di dalam neuron berkurang karena mereka berada dalam mode konservasi sumber daya. Setelah periode puasa, ketika individu mulai mengonsumsi makanan lagi, neuron beralih ke mode pertumbuhan, yang mengarah pada pembentukan koneksi baru dan peningkatan ketahanan stres pada ota. Penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan fungsi otak akibat puasa dapat mengurangi risiko penurunan kognitif, seperti demensia dan Alzheimer, menjadikannya tidak hanya sebagai praktik spiritual tetapi juga sebagai strategi pencegahan untuk kesehatan mental.

Detoksifikasi Racun

Puasa juga memiliki dampak signifikan dalam hal detoksifikasi. Selama periode puasa, kadar gula darah cenderung mengalami penurunan, sedangkan sensitivitas insulin membaik. Hal ini terjadi karena tubuh tidak lagi mendapatkan pasokan glukosa secara konstan. Dr. Shibib menyatakan bahwa ketika puasa berlangsung, tubuh bergantung pada cadangan energi lainnya, yang memungkinkan organ seperti hati dan ginjal yang bertugas mendetoksifikasi bekerja lebih efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa saat tubuh tidak terus-menerus mencerna makanan, ia dapat melakukan proses pembersihan yang disebut autofagi. Proses ini terjadi ketika sel-sel tubuh "membersihkan" diri dari berbagai racun dan limbah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan sistem kekebalan dan memperbaiki berbagai fungsi organ. Oleh karena itu, puasa yang dilakukan secara teratur dapat melindungi tubuh dari beragam penyakit dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh.

Mengurangi Lemak Tubuh

Salah satu perubahan paling mencolok selama bulan Ramadan adalah proses pembakaran lemak yang lebih efektif. Menurut Dr. Pankaj Shah dari Mayo Clinic, lemak menjadi racun ketika tubuh kewalahan dalam menyimpannya, sehingga berbahaya ketika terakumulasi di organ vital seperti hati dan pankreas. Puasa membantu mengurangi lemak tubuh dengan menggantikan lemak tidak sehat dengan cadangan energi yang lebih baik.

Selama Ramadan, penelitian yang dilakukan di University of Sydney menunjukkan bahwa banyak individu, terutama yang kelebihan berat badan atau obesitas, mengalami penurunan kadar lemak tubuh yang signifikan. Penurunan berat badan ini tidak hanya terlihat di timbangan, tetapi juga berpengaruh positif terhadap fungsi hati, sekresi insulin, dan kesehatan kardiovaskular secara umum. Puasa memperbaiki keseimbangan hormonal yang mengatur rasa lapar dan kenyang, membuatnya menjadi langkah strategis bagi siapa pun yang ingin memperbaiki pola makan dan mencapai berat badan ideal tanpa harus merasa sengsara.

Berdasarkan informasi yang terdapat dari berbagai ahli kesehatan dan penelitian terkini, jelaslah bahwa menjalani puasa Ramadan selama 30 hari bukan hanya sekadar menjalankan kewajiban agama, tetapi juga memberikan banyak manfaat kesehatan yang signifikan bagi tubuh kita. Dengan semakin banyaknya penelitian mengenai dampak puasa, ke depan, teknik ini mungkin akan terus diadopsi dalam berbagai program kesehatan sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved