3 Wanita Positif HIV Usai Jalani Perawatan Kecantikan, "Vampire Facial", Spa Langsung Tutup
Tanggal: 2 Mei 2024 09:54 wib.
Baru-baru ini, kasus tiga wanita yang dinyatakan positif HIV setelah menjalani perawatan kecantikan 'Vampire Facial' menjadi viral di media sosial. Pasca kejadian tersebut, spa yang memberikan perawatan tersebut langsung ditutup. Perawatan 'Vampire Facial' ini membuat tiga wanita tersebut terinfeksi HIV setelah memilih perawatan di sebuah spa medis di New Mexico, Amerika Serikat. Kasus ini menimbulkan perhatian publik serta memicu kekhawatiran terhadap penularan HIV melalui prosedur kecantikan menggunakan jarum.
Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah melakukan penyelidikan terhadap klinik tersebut antara 2018-2023. Hasil penyelidikan tersebut menunjukkan penggunaan ulang peralatan yang seharusnya hanya boleh dipakai sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa penularan HIV terjadi melalui prosedur kosmetik yang menggunakan jarum. Penularan tersebut dianggap sebagai kasus pertama yang melibatkan prosedur kosmetik.
Prosedur kecantikan menggunakan jarum, seperti suntik botox dan filler, memang memiliki risiko penularan penyakit jika peralatan tidak disterilkan dengan baik. Salah satunya adalah prosedur 'Vampire Facial' atau PRP (platelet-rich plasma), yang dilakukan dengan mengambil darah, dimasukkan ke dalam mesin khusus untuk memisahkan sel darah merah dan serum yang terdiri dari platelet, lalu disuntikkan kembali ke wajah atau dioleskan. Prosedur ini seharusnya dilakukan oleh dokter yang bersertifikat karena membutuhkan keahlian khusus.
Departemen Kesehatan di New Mexico telah melakukan penyelidikan terhadap spa tersebut sejak 2018. Laporan pertama muncul setelah seorang wanita berusia 40 tahun dites positif HIV walaupun tidak memiliki faktor risiko tertular penyakit tersebut. Wanita tersebut mengaku melakukan prosedur di klinik spa yang sama.
Kasus ini menunjukkan bahwa penggunaan peralatan yang tidak disterilkan dengan baik dapat membahayakan kesehatan pasien. Selain HIV, risiko lain dari penggunaan jarum suntik yang tidak steril adalah penularan hepatitis B dan C. Hal ini menambah urgensi untuk memperhatikan keamanan dalam prosedur kecantikan yang melibatkan penggunaan jarum.
HIV/AIDS sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat menyebabkan turunnya kekebalan tubuh. Jika tidak segera ditangani, virus ini dapat berkembang menjadi AIDS, yang disertai dengan menurunnya kekebalan tubuh. Upaya pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) diperlukan untuk menurunkan jumlah virus di dalam tubuh agar tidak berkembang menjadi AIDS. Saat ini, HIV/AIDS belum bisa disembuhkan, namun penderita dapat hidup sehat dengan melakukan perawatan ARV.
HIV/AIDS dapat menular melalui cairan kelamin (cairan sperma, cairan vagina, dan darah) serta dari ibu HIV ke bayinya, baik melalui kehamilan, persalinan, maupun air susu ibu. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan cara penularan HIV/AIDS dan menghindari perilaku yang meningkatkan risiko tertular virus tersebut, seperti perilaku seksual berganti-ganti pasangan, penggunaan narkoba suntik, serta memastikan keamanan pelayanan kesehatan terutama dalam prosedur kosmetik yang melibatkan penggunaan jarum.
Untuk menghindari penularan HIV/AIDS, penting untuk memahami bahwa virus ini tidak menular melalui kontak sosial, seperti bersenggolan, berjabat tangan, atau berpelukan. Mitos seputar penularan HIV/AIDS, seperti menular lewat bersin, bersentuhan, atau menggunakan perlengkapan pribadi yang sama dengan penderita HIV, perlu dihilangkan agar tidak menimbulkan stigma terhadap penderita.