Uniknya Penggunaan Aksara Korea dalam Bahasa Cia-Cia di Sulawesi Tenggara
Tanggal: 4 Apr 2024 12:55 wib.
Bahasa Cia-Cia, yang dipertuturkan oleh kelompok etnis di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, memiliki keunikan tersendiri. Masyarakat Cia-Cia telah mengadopsi aksara Hangeul dari Korea sebagai salah satu cara untuk melestarikan bahasa dan budaya mereka. Keputusan ini mencerminkan semangat yang kuat untuk mempertahankan warisan bahasa dan tradisi mereka.
Dalan Mehuli Perangin Angin, seorang ahli bahasa dari Universitas Sanata Dharma, menekankan bahwa penggunaan aksara Hangeul oleh masyarakat Cia-Cia adalah bukti nyata dari keinginan mereka untuk melestarikan bahasa asli mereka. Hal ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan identitas bahasa dan budaya mereka di tengah arus globalisasi.
Sebelum adopsi aksara Hangeul, banyak masyarakat Cia-Cia merasa kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa daerah mereka dalam konteks formal. Namun, dengan kedatangan Sarianto, seorang pelajar yang dikirim ke Korea Selatan untuk mempelajari Hangeul, pandangan masyarakat mulai berubah.
Sarianto menyatakan bahwa setelah pengenalan aksara Hangeul, ada peningkatan kepercayaan diri dalam menggunakan Bahasa Cia-Cia, baik dalam konteks lokal maupun internasional. Dengan demikian, adopsi aksara Hangeul telah membantu memperluas jangkauan dan pemahaman akan Bahasa Cia-Cia, serta menciptakan rasa bangga akan warisan bahasa dan budaya mereka.
Masyarakat Cia-Cia juga merasakan bahwa penggunaan aksara Hangeul memberikan citra positif bagi bahasa dan budaya mereka. Dengan adanya upaya ini, Bahasa Cia-Cia tidak hanya dianggap sebagai bahasa lokal, tetapi juga telah dikenal secara internasional. Dengan demikian, penggunaan aksara Hangeul tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Cia-Cia, tetapi juga mendukung upaya pelestarian warisan bahasa dan budaya mereka.
Adopsi aksara Hangeul dalam Bahasa Cia-Cia juga mencerminkan dinamika antara tradisi dan teknologi. Sementara masyarakat Cia-Cia tetap memegang nilai-nilai dan kearifan lokal mereka, mereka juga terbuka terhadap inovasi dan kemajuan teknologi. Dengan menggunakan aksara Hangeul, masyarakat Cia-Cia memadukan kekayaan budaya mereka dengan kemajuan teknologi global, menciptakan sebuah harmoni antara tradisi dan modernitas.
Tindakan ini juga dapat menjadi contoh bagi komunitas bahasa dan budaya lainnya di Indonesia. Pengalaman masyarakat Cia-Cia dapat menjadi inspirasi bagi upaya pelestarian bahasa daerah lain di Indonesia. Mengadakan program-program serupa untuk mempelajari aksara dari bahasa lain dapat membantu menghidupkan kembali kebanggaan akan bahasa daerah dan mendorong semangat untuk melestarikannya.
Selain itu, adopsi aksara Hangeul oleh masyarakat Cia-Cia juga memberikan manfaat secara ekonomi dan pariwisata. Dengan memiliki daya tarik unik berupa penggunaan aksara Hangeul, masyarakat Cia-Cia dapat menarik minat wisatawan dan mengembangkan potensi pariwisata di daerah mereka. Hal ini juga dapat menjadi pendorong pengembangan industri kreatif lokal yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Cia-Cia.
Dengan demikian, penggunaan aksara Hangeul oleh masyarakat Cia-Cia bukan hanya sekedar langkah untuk melestarikan bahasa dan budaya mereka, tetapi juga memberikan dampak yang luas bagi berbagai aspek kehidupan mereka, antara lain dalam memperluas jangkauan bahasa mereka, meningkatkan kepercayaan diri, memberikan citra positif, serta mendukung pengembangan ekonomi dan pariwisata di daerah mereka. Langkah ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal dapat bersinergi dengan kemajuan global untuk menciptakan keberlanjutan budaya yang kokoh.