Tidur Berkualitas Kurangi Rasa Takut
Tanggal: 25 Okt 2017 11:00 wib.
Pola tidur berkualitas tinggi dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas di daerah otak yang terlibat dalam pengolahan rasa takut, demikian menurut sebuah penelitian terhadap orang dewasa yang dipublikasikan di JNeurosci. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas tidur dasar mungkin merupakan prediktor yang berguna untuk kerentanan terhadap gangguan stres pasca trauma (PTSD).
Gangguan tidur merupakan ciri umum PTSD. Sementara penelitian sebelumnya berfokus pada pemahaman bagaimana tidur malam mempengaruhi pemeliharaan kenangan ketakutan yang sudah permanen, beberapa penelitian telah menyelidiki apakah kebiasaan tidur seseorang sebelum trauma berkontribusi terhadap kenangan tentang ketakutan ini.
Itamar Lerner, Shira Lupkin dan rekan mereka di Rutgers University menyuruh siswa memantau tidur mereka di rumah selama satu minggu dengan menggunakan alat pemantauan tidur, meliputi ikat kepala yang mengukur gelombang otak, gelang yang mengukur gerakan lengan, dan log tidur. Para siswa kemudian berpartisipasi dalam percobaan neuroimaging di mana mereka belajar mengasosiasikan citra netral dengan sengatan listrik ringan. Siswa yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM) tidur - fase saat bermimpi terjadi - menunjukkan modulasi aktivitas yang lebih lemah dalam konektivitas antara amigdala, hippocampus dan korteks prefrontal ventromedial mereka saat ketakutan.
Secara keseluruhan, temuan ini konsisten dengan gagasan bahwa tidur pada fase REM mengurangi kadar norepinephrine di otak, yang dapat meredam kepekaan individu terhadap rangsangan yang menakutkan.