Seorang Ibu Mengajarkan Keikhlasan, Seorang Bapak Mendidik Ketegaran
Tanggal: 11 Jun 2017 06:04 wib.
Kalo di Academy Award yg biasa dihadiahi Piala Oscar, maka seorang Ibu harusnya yg memenangkan kategori The Best Actress, karena Ibu sangat baik memerankan perannya, baik peran yg sebenarnya seorang Ibu maupun peran2 yg disertai "kebohongan", Ibu akan berbohong bahwa semuanya baik2 saja supaya anak2nya tidak ikut khawatir, akan berbohong bahwa beliau sudah kenyang supaya anak2nya tetap bisa makan dengan tenang dan pastinya kenyang, berbohong bahwa seragam sekolah anak2nya sudah beres, padahal pagi2 sekali beliau bangun untuk menyetrika seragam tsb, dan untuk apa peran2 kebohongan itu beliau ambil dan perankan dengan baik, adalah untuk memastikan bahwa anak2nya tetap bisa menjalani semua dengan tenang tanpa rasa khawatir...
Dan kalo seorang Bapak, pantas dianugerahi sebagai The Best Stuntmant, karena beliau selalu mengambil peran pengganti buat peran2 bahaya yg harus dihadapi oleh keluarganya, khususnya anak2nya, seorang Bapak rela wajahnya terpapar air hujan sambil naik motor membonceng anaknya yg berangkat sekolah, dia tempatkan anaknya dibelakang dia memastikan sang anak tidak terkena air hujan, akan menjadi seorang "pemarah" di garis depan jika anak2nya mendapatkan perlakuan yg tidak fair, jadi bisa dipastikan Bapak ini adalah seorang pemain pengganti terbaik peran2 berbahaya tersebut...
Dari dua peran diatas, maka Sang Ibu yg "pembohong" sudah dengan sangat baik mengajarkan apa itu keikhlasan dan Sang Bapak sudah dengan sangat hebat mengajarkan ketegaran...
Kemudian yg terpenting adalah sudahkah kita mengambil peran sebagai pengingat yg baik buat beliau2 ini? Kapan terakhir kita bersilahturahmi dengan beliau2? Kapan terakhir kita mengucapkan minimal kosa kata terima kasih kepada beliau2? Kapan kita bicara dengan beliau2 walaupun hanya sekedar lewat telpon karena terpisah oleh jarak? Mari kita ambil telpon kita, mari kita silahturahmi dengan beliau2 minimal menanyakan kabar dan kondisi kesehatan beliau...
Mari kita ambil telpon kita, untuk menghubungi "pembohong" dan "pemarah" yg baik itu, sekedar menanyakan kabar terakhir beliau2...
Karena ada cerita, seorang Ibu yg setiap Jum'at pagi sehabis subuh sudah rapi mandi pagi dengan setia duduk di dekat meja telpon, menunggu telpon dari Sang Anak yg memang membiasakan tiap Jum'at pagi untuk menghubungi Sang Ibu, dan buat Sang Ibu itu sudah kebahagiaan yg luar biasa...
Semoga menginspirasi dan bukan menggurui...