Ruth Bader Ginsburg: Perjuangan untuk Kesetaraan Hukum dan Hak-Hak Perempuan
Tanggal: 3 Agu 2024 19:19 wib.
Ruth Bader Ginsburg adalah seorang ikon dalam dunia hukum Amerika Serikat dan simbol perjuangan untuk kesetaraan hukum dan hak-hak perempuan. Lahir pada 15 Maret 1933 di Brooklyn, New York, Ginsburg tumbuh di lingkungan yang penuh dengan diskriminasi gender. Namun, hal ini tidak menghentikannya untuk mengejar mimpinya menjadi seorang ahli hukum yang berpengaruh.
Awal Karier dan Pendidikan
Ginsburg menempuh pendidikan di Cornell University, tempat ia bertemu dengan suaminya, Martin Ginsburg. Setelah menikah, ia melanjutkan studi hukum di Harvard Law School, di mana ia menjadi salah satu dari sedikit perempuan di kelasnya. Meskipun menghadapi diskriminasi dan tantangan, Ginsburg berhasil menjadi salah satu siswa terbaik. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Columbia Law School, di mana ia lulus dengan prestasi yang luar biasa.
Perjuangan di Pengadilan
Setelah lulus, Ginsburg mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan karena diskriminasi gender yang masih kuat. Namun, ia akhirnya berhasil menjadi profesor hukum di Rutgers Law School dan kemudian di Columbia Law School, menjadi perempuan pertama yang mendapatkan tenure di sana. Selama ini, Ginsburg mulai fokus pada kasus-kasus yang berkaitan dengan diskriminasi gender.
Sebagai direktur Proyek Hak-Hak Perempuan di American Civil Liberties Union (ACLU), Ginsburg memainkan peran kunci dalam membawa kasus-kasus penting ke Mahkamah Agung. Salah satu kasus terkenal adalah Reed v. Reed (1971), di mana Ginsburg berhasil meyakinkan Mahkamah Agung bahwa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin melanggar Amendemen Keempat Belas Konstitusi AS.
Pengaruh di Mahkamah Agung
Pada tahun 1993, Ginsburg diangkat menjadi Hakim Agung oleh Presiden Bill Clinton. Di Mahkamah Agung, ia terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Salah satu pendapatnya yang terkenal adalah dalam kasus United States v. Virginia (1996), di mana ia menulis keputusan mayoritas yang menyatakan bahwa Institut Militer Virginia tidak bisa melarang perempuan masuk.
Selain itu, Ginsburg juga dikenal dengan dissenting opinions-nya yang kuat dan berpengaruh. Dalam kasus Ledbetter v. Goodyear Tire & Rubber Co. (2007), Ginsburg tidak setuju dengan mayoritas yang membatasi hak-hak karyawan untuk menuntut diskriminasi upah. Ia menyerukan kepada Kongres untuk mengubah undang-undang tersebut, yang akhirnya menghasilkan Lilly Ledbetter Fair Pay Act pada tahun 2009.
Warisan dan Inspirasi
Ruth Bader Ginsburg meninggal dunia pada 18 September 2020, meninggalkan warisan yang luar biasa dalam perjuangan hak-hak sipil dan kesetaraan gender. Ia menjadi simbol inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan, untuk melawan diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Ginsburg dikenal karena ketekunan, kecerdasan, dan keberaniannya dalam menghadapi tantangan. Ia sering mengingatkan bahwa perubahan tidak datang dengan mudah, tetapi melalui usaha yang gigih dan berkelanjutan. Dalam salah satu pidatonya, ia menyatakan, "Perjuangan untuk keadilan adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai. Itu membutuhkan komitmen setiap generasi."
Ruth Bader Ginsburg adalah contoh nyata bagaimana satu orang dapat membuat perubahan besar dalam masyarakat. Melalui dedikasinya dalam memperjuangkan kesetaraan hukum dan hak-hak perempuan, ia telah membuka jalan bagi generasi mendatang untuk melanjutkan perjuangannya. Warisan Ginsburg akan terus hidup, menginspirasi orang-orang untuk tidak pernah berhenti berjuang demi keadilan dan kesetaraan.