Oei Hui Lan: Kisah Putri Indonesia yang Menjadi Ibu Negara China
Tanggal: 27 Jan 2025 20:00 wib.
Tahukah Anda bahwa seorang wanita kelahiran Indonesia pernah menjadi ibu negara di China? Sosok luar biasa itu adalah Oei Hui Lan, wanita asal Semarang yang lahir pada 21 Desember 1889. Ia adalah putri dari Oei Tiong Ham, seorang taipan gula yang dijuluki Raja Gula Dunia. Dengan harta mencapai 200 juta gulden (setara Rp44 triliun), kehidupan Oei Hui Lan sejak kecil sudah diliputi kemewahan dan keistimewaan.
Masa Kecil dalam Kemewahan
Sebagai anak dari pengusaha terkaya di Asia Tenggara kala itu, kehidupan Hui Lan sudah seperti dongeng. Rumahnya di Semarang memiliki luas 80 hektar, lengkap dengan vila dan paviliun pribadi. Tak hanya itu, Hui Lan juga dikelilingi oleh banyak pelayan dan koki yang siap melayani kebutuhannya.
Setiap ulang tahunnya dirayakan secara mewah dengan pesta besar yang dihiasi dekorasi megah, hiburan ternama, dan ratusan tamu undangan. "Ayah menginginkan pesta ulang tahun saya menjadi sangat istimewa. Berapa pun biayanya, itu bukan masalah baginya," kenangnya dalam memoar berjudul Oei Hui Lan: Kisah Putri Sang Raja Gula dari Semarang.
Kehidupan penuh privilese ini juga membawanya mengenal dunia internasional. Hui Lan sering bepergian ke luar negeri dan menjalin persahabatan dengan banyak tokoh berpengaruh. Pergaulan luas inilah yang kelak mengubah jalan hidupnya secara drastis.
Perjalanan Menjadi Ibu Negara
Kisah Hui Lan sebagai ibu negara dimulai ketika ia bertemu dengan Wellington Koo, seorang diplomat China, pada 1920-an di London. Saat itu, Hui Lan adalah seorang janda yang tinggal bersama ibunya setelah pernikahan pertamanya berakhir. Sementara itu, Koo adalah duda yang menjabat sebagai diplomat senior China dan dikenal sebagai arsitek kebijakan diplomasi negara tersebut.
Hubungan mereka semakin dekat, dan pada 1921, Hui Lan menikah dengan Koo di Brussel. Setahun setelah pernikahan, karier Koo melejit dengan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan China.
Puncak perjalanan mereka tiba pada 1926, ketika Koo diangkat sebagai pelaksana tugas Presiden Republik China setelah wafatnya Presiden Sun Yat Sen. Hal ini otomatis menjadikan Oei Hui Lan sebagai ibu negara. Sebagai pendamping, Hui Lan menemani suaminya dalam berbagai kunjungan internasional dan menjadi saksi perjalanan diplomasi Republik China.
Kehidupan Setelah Tak Lagi Menjabat
Setelah masa jabatannya sebagai ibu negara berakhir pada 1927, Hui Lan dan Koo menjalani hidup di berbagai kota, seperti Shanghai, Paris, dan London. Namun, pernikahan mereka akhirnya berakhir pada 1958. Hui Lan memilih tinggal di New York untuk membesarkan ketiga anaknya.
Meski tinggal jauh dari tanah kelahirannya, Hui Lan tidak melupakan Indonesia. Pada 1986, ia mencoba peruntungan dalam bisnis kapal, tembakau, dan sepeda di Indonesia. Sayangnya, usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Akhir Hidup di Perantauan
Hui Lan menghabiskan sisa hidupnya di New York, kota yang berjarak ribuan kilometer dari kampung halamannya di Semarang. Ia meninggal dunia pada 1992, mengakhiri kisah hidup yang penuh warna sebagai putri Indonesia yang pernah menjadi ibu negara di negeri Tirai Bambu.
Inspirasi dari Kisah Oei Hui Lan
Kisah hidup Oei Hui Lan mengajarkan banyak hal, terutama tentang bagaimana seseorang dapat melampaui batas-batas geografis dan budaya untuk mencapai hal-hal besar. Ia bukan hanya simbol kemewahan, tetapi juga keberanian, adaptasi, dan pengaruh global.
Bagi kita, perjalanan hidup Hui Lan adalah pengingat akan potensi besar yang dimiliki individu Indonesia di kancah internasional.