Mohammad Baedowy Sang Pejuang Sampah
Tanggal: 6 Nov 2017 15:39 wib.
Masalah sampah merupakan hal polemik yang susah dicari jalan keluarnya. Dampak dari sampah sangat besar sekali terutama sampah plastik yang perlu bertahun-tahun untuk diurai.
Orang mengganggap sampah suatu yang tidak berguna dan menjijikkan. Lain halnya dengan Mohammad Baedowy. Dia mencoba membuat sampah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual yang lebih. Sampah dianggapnya harta karun.
Mau tau sepak terjang beliau yang sukses dari bisnis sampah?
Mohammad Baedowi adalah seorang sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang dan mantan auditor di Royal Bank of Scotland. Dia rela meninggalkan pekerjaannya dan bergelut dengan sampah.
Keberhasilannya saat ini tidak lepas dari kendala yang harus dia lalui. Sebagai lulusan sarjana dan sudah kerja kantoran, ia harus menjadi “pemulung sampah" yang berkeliling kesana kemari demi membesarkan usahanya. Sementara orang menganggap rendah pekerjaannya. Dia terus gigih berjuang dengan belajar juga dari pemulung juga untuk riset tentang pekerjaan yang digelutinya.
Cobaan muncul, ketika Istri dan anaknya harus dititipkan ke orang tuanya, karena sudah tidak mampu lagi membayar kontrakannya. Hal ini tidak menyurutkan semangatnya, dia merasa punya tanggung jawab terhadap keluarganya.
Kendala lain yang dia harus dihadapi adalah di lapangan. Mesin yang digunakan sering mengalami kerusakan, sementara pemasok mesin itu tidak bisa memperbaikinya.
Kendala yang dihadapi bukan membuat mundur, bahkan membentuk daya juang yang lebih kokoh. Menurutnya, kesuksesan perlu diperjuangkan.
Tahun 2000 dengan modal 50 juta untuk membeli mesin, menyewa lahan dan membuat bangunan sederhana. Setelah melalui berbagai percobaan di tahun pertamanya, bisnisnya semakin berkembang di tahun ke dua.
Belajar dari mesin yang selalu rusak, Baedowi bisa menciptakan mesin sendiri. Bahkan mesin buatannya mampu menggiling hingga 3 ton bahan baku sampah.
Bijih sampah plastik yang dihasilkannya, diekspor ke negara Cina. Satu kali ekspor dapat mencapai kapasitas 20 ton dalam satu minggu dan keuntungan kira-kira 500 rupiah per kilogram.
Lumayan keuntungannya ya ...
Baedowy tidak berhenti hanya memperkaya dirinya saja.
Setelah 10 tahun berlalu, bisnisnya berkembang pesat. Sebagai pemasok bahan baku, ia memperdayakan lebih dari seratus pemulung. Keberhasilannya memberdayakan para pemulung dan ibu-ibu sekitar pabrik adalah sesuatu hal yang membanggakan.
Selain itu dia menggalang kerjasama dengan lebih dari 80 mitra kerja yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Baedowy memberikan pelatihan untuk yang membeli mesinnya dari nol sampai bisa menjalankan usahanya.
Dan hasil olahannya pun dibelinya melalui perusahaannya CV. Majestic Buana Group yang bermarkas di jalan raya Cimuning, Mustika Jaya, Bekasi.
Ditengah kesibuknya, Mohammad Baedowi masih mengajar dan memberi kuliah di beberapa universitas di tanah air. Bisa dibayangkan kesibukan peraih berbagai ragam penghargaan seperti Dji Sam Soe Award, Kalpataru dan lainnya ini. Namun demikian dia masih berobsesi menyebarluaskan pengetahuan pengolahan dan penggunaan teknologi tepat guna untuk mengatasi masalah sampah.
Menurutnya, keberhasilannya semua karena ada restu dari orang tuanya. Baedowy sering mengadakan acara tasyakuran dan sedekah secara rutin pada anak-anak yatim piatu. Sebagai rasa syukur atas kesuksesnya yang didapatnya.
Pribadi yang tidak hanya mementingkan diri sendiri dan selalu berbagi ilmu. Tidak dapat dipungkiri dia sulit ditemui, karena dia harus keliling kota membantu orang yang membeli mesinnya.
Baedowy seorang pejuang sampah, paling tidak beberapa persen sampah sudah bisa diatasi berkat usahanya. Diharapkan muncul Baedowy lain yang mengikuti jejaknya, sehingga masalah sampai bisa sedikit teratasi.