Sumber foto: Google

Mendalami Kecerdasan Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara

Tanggal: 26 Jul 2024 10:58 wib.
Ki Hajar Dewantara, yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah tokoh pendidikan terkemuka di Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ia lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan merupakan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pemikiran dan kontribusinya dalam dunia pendidikan tidak hanya mengubah sistem pendidikan di Indonesia, tetapi juga memberikan wawasan tentang pentingnya pendidikan yang memerdekakan. Artikel ini akan mendalami kecerdasan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dan pelajaran yang bisa diambil dari ajarannya.

Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan konsep pendidikan yang humanis dan nasionalis, yang berbeda dengan sistem pendidikan kolonial Belanda yang kaku dan diskriminatif. Salah satu prinsip utama yang diusungnya adalah "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani." Prinsip ini berarti "Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan." Konsep ini menekankan pentingnya peran guru dalam memberikan contoh yang baik, memotivasi siswa, dan mendorong mereka untuk mandiri.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara harus memerdekakan manusia secara utuh, baik fisik, mental, maupun spiritual. Ia berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kepribadian. Pendidikan harus bisa menciptakan manusia yang merdeka, berdaya, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Taman Siswa: Wadah Pendidikan Nasionalis

Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, sebuah institusi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia tanpa diskriminasi. Taman Siswa menekankan pendidikan yang berbasis pada budaya dan nilai-nilai Indonesia, berbeda dengan pendidikan kolonial yang berorientasi pada kepentingan penjajah.

Di Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara menerapkan metode pendidikan yang holistik, di mana siswa tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral dan kebudayaan. Siswa dididik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab. Taman Siswa menjadi simbol perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial dan menunjukkan bahwa pendidikan yang berakar pada budaya sendiri mampu menciptakan generasi yang berkualitas.

Ajaran Tri-N: Niteni, Nirokake, Nambahi

Ki Hajar Dewantara juga memperkenalkan konsep Tri-N dalam pendidikan, yaitu Niteni (mengamati), Nirokake (menirukan), dan Nambahi (menambahkan). Konsep ini menekankan proses belajar yang bertahap dan berkelanjutan, di mana siswa diajak untuk mengamati, menirukan, dan kemudian mengembangkan pengetahuan yang mereka peroleh.

Niteni (Mengamati): Proses pembelajaran dimulai dengan mengamati lingkungan sekitar. Siswa diajak untuk mengamati fenomena, peristiwa, atau objek yang relevan dengan materi pembelajaran. Pengamatan ini membantu siswa untuk memahami konsep secara konkret.

Nirokake (Menirukan): Setelah mengamati, siswa diajak untuk menirukan atau mencoba melakukan apa yang telah mereka amati. Proses ini membantu siswa untuk memahami dan menginternalisasi pengetahuan yang mereka peroleh.

Nambahi (Menambahkan): Langkah terakhir adalah menambahkan atau mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh. Siswa diajak untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengembangkan ide atau konsep yang telah mereka pelajari.

Relevansi Ajaran Ki Hajar Dewantara di Era Modern

Ajaran Ki Hajar Dewantara tetap relevan dalam konteks pendidikan modern. Prinsip "Tut Wuri Handayani" masih diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia dan menjadi semboyan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep pendidikan yang memerdekakan juga semakin penting dalam era globalisasi, di mana kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemandirian menjadi kunci sukses.

Pendekatan holistik dalam pendidikan, seperti yang diterapkan di Taman Siswa, juga sangat relevan. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Ajaran Tri-N juga mengajarkan pentingnya proses belajar yang berkelanjutan dan bertahap, yang sangat sesuai dengan prinsip pendidikan sepanjang hayat.

Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Melalui konsep-konsep inovatifnya, seperti "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" dan Tri-N, ia menunjukkan bahwa pendidikan harus memerdekakan dan membentuk manusia yang utuh. Ajarannya tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan modern. Dari sejarah dan ajarannya, kita belajar bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan generasi yang berkualitas dan berdaya saing.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved