Lakukan yang Terbaik yang bisa Kita Lakukan
Tanggal: 27 Jun 2017 10:47 wib.
Tampang.com- salah seorang Profesor yang merupakan guru besar di Universitas Negeri Solo hendak melakukan perjalanan dari yogyakarta ke Jakarta dengan menggunakan pesawat. Karena keberangkatan pesawat ditunda selama 1 jam, sang profesor meluangkan waktunya dengan meminum kopi di saah satu Lounge Bandara Adisucipto. Di depan beliau kebetulan duduk seorang ibu yang sudah tua dengan mengenakan pakaian jawa tradisional yaitu kain batik dan kebaya.
"Mau pergi ke Jakarta bu" tanya sang profesor. dijawab oleh si ibu, "Iya nak, hanya transit ke Cengkareng terus mau ke Singapura" jawab si ibu.Lebih jauh sang profesor bertanya lagi "kalau boleh tau, ada keperluan apa ibu pergi ke Singapura."Menengok anak saya yang nomor dua, istrinya melahirkan disana dan saya diberi tiket dan diuruskan pasport untu ke Singapura" Jelas si ibu.
"Putranya kerja di Singapura bu? ibu punya anak berapa? tanya kembali sang profesor ( kepo yaa ). "Anak saya yang kedua ini kerja di perusahaan perminyakan asing, sekarang jadi Kepala cabang di Singapura, anak saya yang ketiga, laki-laki, kerja jadi dosen di Fakultas Ekonomi UGM dan sekarang sedang ambil program doktor di Amerika, anak saya keempat si bungsu, perempuan, kerja Dokter Spesialis Anak di Surabaya" Jelas si Ibu panjang lebar.
"Kalau anak pertama ibu, kerja dimana? maaf ni bu, saya banyak tanya" kata profesor lagi.
"kalau anak saya yang pertama jadi petani di kampung, ngurusin sawah warisan ayahnya" jawab ibu lagi.
Sejenak sang profesor terdiam dan tertegun, kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan pelan dan hati-hati karena takut menyinggung perasaan si ibu, "Tentunya ibu kecewa yaa dengan anak sulung ibu, adik-adiknya sarjana dan bekerja dan sudah sukses, tapi anak sulung ibu malah jadi petani saja".
"Ohh..sama sekali saya tidak kecewa nak, malahan kami sekeluarga sangat menaruh rasa hormat kepada dia, karena dengan dia jadi petani, dari hasil sawahnya, dia membiayai semua kebutuhan hidup kami sekeluarga dan menyekolahkan adik-adiknya sampai mereka sukses" sahut si ibu dengan bangga.
Sang profesor kembali termenung, ternyata yang penting bukan apa dan siapa kita ini, tapi yang terpenting apa yang sudah kita perbuat. Sebuah pelajaran hidup yang mengajarkan agar kita melakukan yang terbaik untuk bisa dilakukan.
Dengan sedikit berlinang air mata karena terharu, sang profesor menanyakan ke si ibu, "Bu, siapa nama anak sulung ibu yang sangat luar biasa ini"
Si ibu menjawab : "MUKIDI"