Eleanor Roosevelt: Aktivis Hak Asasi Manusia dan Pelopor Kesetaraan Gender
Tanggal: 27 Jul 2024 21:55 wib.
Eleanor Roosevelt, seorang tokoh yang dikenal luas sebagai aktivis hak asasi manusia dan pelopor kesetaraan gender, lahir pada tanggal 11 Oktober 1884 di New York City. Sebagai istri dari Presiden Franklin D. Roosevelt, Eleanor memiliki platform yang kuat untuk menyuarakan isu-isu sosial yang penting. Namun, kontribusinya jauh melampaui peran tradisional seorang ibu negara. Ia menggunakan posisinya untuk memperjuangkan hak-hak sipil, kesetaraan gender, dan kemanusiaan di seluruh dunia.
Awal Kehidupan dan Kebangkitan sebagai Aktivis
Eleanor Roosevelt dilahirkan dalam keluarga kaya, tetapi masa kecilnya penuh dengan kesedihan. Ibunya meninggal ketika Eleanor berusia delapan tahun, dan ayahnya meninggal dua tahun kemudian. Trauma ini membentuk karakter kuat dan empati Eleanor terhadap penderitaan orang lain. Ia melanjutkan pendidikannya di sekolah Allenswood di Inggris, di mana ia menjadi murid favorit kepala sekolah Marie Souvestre, seorang feminis terkenal yang mempengaruhi pandangannya tentang kesetaraan dan keadilan sosial.
Peran sebagai Ibu Negara
Sebagai ibu negara dari tahun 1933 hingga 1945, Eleanor Roosevelt memecah tradisi dengan aktif terlibat dalam politik dan kebijakan publik. Ia mengadakan konferensi pers sendiri, menulis kolom surat kabar mingguan berjudul "My Day", dan memberikan kuliah tentang isu-isu sosial. Eleanor tidak hanya mendukung kebijakan New Deal suaminya, tetapi juga mendorong agenda-agenda yang memperjuangkan hak-hak sipil dan kesetaraan gender.
Selama era Depresi Besar, Eleanor aktif dalam memperjuangkan hak-hak pekerja dan orang miskin. Ia mengunjungi tambang-tambang, pabrik-pabrik, dan komunitas-komunitas yang terkena dampak krisis ekonomi, mendengarkan langsung keluhan mereka dan melaporkannya kepada suaminya. Usahanya ini membantu mendorong kebijakan-kebijakan yang lebih adil dan manusiawi.
Perjuangan untuk Hak Sipil
Eleanor Roosevelt sangat vokal dalam mendukung gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Pada masa di mana segregasi rasial masih sangat kuat, ia sering kali berhadapan dengan kelompok-kelompok yang menentang kesetaraan rasial. Salah satu contoh paling terkenal dari keberaniannya adalah ketika ia mengundurkan diri dari Daughters of the American Revolution setelah organisasi tersebut melarang penyanyi Afrika-Amerika, Marian Anderson, untuk tampil di Constitution Hall. Eleanor kemudian mengatur agar Anderson dapat tampil di Lincoln Memorial, sebuah langkah yang menunjukkan dukungannya terhadap kesetaraan rasial.
Pelopor Kesetaraan Gender
Eleanor juga memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia percaya bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan ekonomi. Ia mendukung berbagai program yang membantu perempuan memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Eleanor juga mendirikan Komisi Status Perempuan di bawah Presiden John F. Kennedy, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja.
Peran di Perserikatan Bangsa-Bangsa
Setelah kematian suaminya pada tahun 1945, Eleanor Roosevelt terus berjuang untuk hak asasi manusia di panggung internasional. Presiden Harry S. Truman menunjuknya sebagai delegasi Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di PBB, ia memimpin Komite Hak Asasi Manusia dan memainkan peran kunci dalam penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun 1948. Deklarasi ini menjadi landasan bagi standar internasional tentang hak-hak manusia dan telah menginspirasi banyak gerakan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Warisan yang Berkelanjutan
Eleanor Roosevelt meninggal pada tanggal 7 November 1962, tetapi warisannya terus hidup. Ia dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Amerika dan dunia. Perjuangannya untuk hak-hak sipil, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia telah meninggalkan jejak yang mendalam. Berbagai organisasi dan program yang didirikannya terus bekerja untuk memajukan isu-isu yang ia perjuangkan selama hidupnya.
Inspirasi yang ditinggalkan Eleanor Roosevelt mengajarkan kita bahwa perubahan sosial memerlukan keberanian, empati, dan komitmen yang kuat. Ia menunjukkan bahwa setiap orang memiliki peran dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan, dan bahwa satu suara dapat membuat perbedaan yang signifikan.