Bill Gates Tak Mau Mati dalam Keadaan Kaya: Kenapa Ia Pilih Habiskan Hartanya Sebelum Wafat?
Tanggal: 17 Mei 2025 13:03 wib.
Bill Gates, sosok pendiri Microsoft dan salah satu orang paling tajir sejagat, baru-baru ini membuat pernyataan mengejutkan yang membalikkan pandangan umum soal kekayaan. Lewat blog pribadinya yang dirilis pada Kamis, 8 Mei 2025, pria berusia 69 tahun itu menyatakan bahwa ia tidak ingin dikenang sebagai orang yang meninggal dalam kondisi kaya raya.
Gates menulis, “Orang-orang boleh membicarakan banyak hal soal saya setelah saya meninggal nanti. Tapi saya tidak ingin ada yang mengatakan bahwa saya meninggal dalam keadaan kaya.” Kalimat itu menjadi pernyataan tegas dari miliarder yang selama puluhan tahun berada di daftar orang terkaya dunia.
Dari Teknologi ke Filantropi: Transformasi Tujuan Hidup Bill Gates
Selama beberapa dekade, nama Bill Gates identik dengan teknologi, inovasi, dan kekayaan luar biasa. Namun kini, fokus hidupnya bergeser: bukan lagi tentang membangun kekayaan, melainkan membagikannya.
Menurut laporan Forbes, kekayaan bersih Gates saat ini diperkirakan mencapai US$168 miliar atau setara dengan sekitar Rp2.700 triliun. Namun, kekayaan sebesar itu justru tidak menjadi kebanggaan baginya. Gates menilai bahwa di dunia yang penuh ketimpangan dan masalah mendesak, menyimpan sumber daya hanya demi status pribadi adalah pilihan yang egois.
“Terlalu banyak masalah yang butuh solusi. Saya tidak bisa menahan kekayaan yang seharusnya bisa digunakan untuk membantu orang lain,” tegasnya.
Misi Menghapus Namanya dari Daftar Orang Terkaya
Langkah konkret yang diambil Gates adalah dengan menyumbangkan sebagian besar hartanya melalui The Gates Foundation, lembaga filantropi yang ia dirikan bersama mantan istrinya, Melinda, pada tahun 2000. Bahkan, sejak Juli 2022, Gates sudah mengumumkan lewat media sosial bahwa tujuannya adalah untuk keluar dari daftar orang-orang terkaya dunia.
Komitmen ini bukan sekadar wacana. Gates telah merencanakan secara sistematis bagaimana dan kapan kekayaannya akan digunakan untuk kepentingan sosial. Dan ia melakukannya dengan langkah berani: menutup The Gates Foundation pada 31 Desember 2045, tepat ketika yayasan itu berusia 45 tahun.
Habiskan 99 Persen Kekayaan dalam 20 Tahun
Tak tanggung-tanggung, Gates telah memutuskan untuk menghabiskan 99 persen kekayaannya dalam 20 tahun ke depan. Artinya, ia akan mempercepat proses pemberian bantuan sosial dan dukungan kemanusiaan dibandingkan rencana semula.
“Saya memilih untuk memberikan uang saya kembali ke masyarakat lebih cepat dari rencana awal. Hampir seluruh kekayaan saya akan saya sumbangkan melalui The Gates Foundation dalam dua dekade ke depan untuk menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup di seluruh dunia,” tulis Gates dalam blognya.
Keputusan ini cukup kontras jika dibandingkan dengan rencana semula. Saat awal mendirikan yayasan, Gates dan Melinda merencanakan bahwa lembaga tersebut akan tetap berjalan beberapa dekade setelah keduanya meninggal. Tapi kini, prioritasnya berubah: aksi lebih cepat, dampak lebih luas.
Strategi Filantropi: Bukan Sekadar Amal, Tapi Investasi Kemanusiaan
Bill Gates tidak sekadar menyumbangkan uang begitu saja. Dalam visinya, filantropi adalah sebuah strategi jangka panjang untuk menciptakan perubahan sistemik di dunia. The Gates Foundation dikenal sebagai salah satu yayasan yang aktif dalam membiayai proyek-proyek global di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengurangan kemiskinan ekstrem.
Beberapa program besar yang digagas yayasan ini antara lain adalah:
Vaksinasi massal di negara-negara berkembang
Riset penyakit menular seperti malaria dan HIV
Program peningkatan kualitas pendidikan dasar
Dukungan untuk inovasi pertanian di negara miskin
Penanganan krisis iklim dan ketahanan pangan
Dengan target habiskan kekayaan selama 20 tahun, Gates mengisyaratkan bahwa aktivitas filantropi ini akan lebih intens, lebih luas, dan lebih berdampak.
Mewariskan Nilai, Bukan Kekayaan
Pilihan Gates juga merefleksikan nilai hidup yang jarang dipegang oleh para miliarder. Banyak orang superkaya memilih untuk menyimpan hartanya demi generasi penerus atau investasi jangka panjang. Tapi Gates berpikir sebaliknya. Ia percaya bahwa memberikan pengaruh dan dampak nyata adalah warisan terbaik yang bisa ia tinggalkan untuk dunia.
Dengan tidak meninggalkan kekayaan berlimpah untuk keturunannya dan lebih memilih menyumbangkannya untuk umat manusia, Gates mengajarkan bahwa kekayaan terbesar bukan terletak pada jumlah uang yang dimiliki, tapi pada sejauh mana uang itu bisa mengubah kehidupan orang lain.
Menginspirasi Dunia: Apakah Akan Ada Miliarder Lain yang Mengikuti?
Langkah Bill Gates ini sebetulnya bukan yang pertama. Ia sebelumnya juga menjadi bagian dari inisiatif The Giving Pledge, sebuah gerakan yang mengajak para miliarder dunia untuk menyumbangkan mayoritas kekayaannya untuk kepentingan sosial.
Namun, pilihan Gates untuk habiskan hampir semua kekayaannya semasa hidup dan menutup yayasannya dalam batas waktu tertentu adalah keputusan yang sangat radikal dan inspiratif. Ini bukan hanya tentang menjadi dermawan, tetapi juga soal tanggung jawab moral terhadap dunia yang sedang menghadapi krisis multidimensi—dari perubahan iklim, kemiskinan, hingga wabah penyakit.