Beban Berat di Bahu Ibu Tunggal
Tanggal: 21 Apr 2024 21:56 wib.
Kisah seorang ibu tunggal dan perjuangannya dalam membesarkan anaknya sendirian tentu memiliki cerita yang mengharukan. Imel, seorang janda berusia kepala tiga, harus menanggung beban berat ini ketika suaminya, Ilham, meninggal dunia empat tahun lalu. Ditinggalkan bersama putri satu-satunya, Arunika, Imel harus dengan kuat menghadapi kenyataan yang memaksa dirinya untuk membatalkan banyak mimpi dan pengorbanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Imel mengatakan bahwa menjadi seorang ibu tunggal bukanlah perkara mudah, terutama ketika itu terjadi di usia pernikahan yang seharusnya masih di puncak kebahagiaan. Namun, meskipun menghadapi beratnya kehidupan, Imel tidak menyerah. Dia menyadari bahwa tanggung jawab besar sebagai seorang ibu harus dipikulnya dengan tegar. Cukup mencermati bagaimana Arunika bangun tidur setiap pagi dengan wajah ceria, memandikannya, dan mengantarnya sekolah, sudah menjadi cukup bagi Imel untuk bertahan.
Langkah pertama yang diambil Imel adalah mengubah arah hidupnya dengan mengubur mimpinya menjadi seorang wanita karier kantoran. Ia memilih untuk melepaskan pekerjaannya sebagai penulis konten demi menempatkan Arunika sebagai prioritas utama dalam kehidupannya. Imel menjadi seorang freelancer dan pedagang makanan di sekitar rumah sehingga dapat memberikan pengasuhan yang lengkap bagi Arunika sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, tantangan yang dihadapi Imel tidak berhenti di situ. Sepanjang tahun-tahun pertama setelah kepergian suaminya, Imel harus menghadapi penipisan tabungan dan kondisi pandemi yang semakin mencekik keuangan. Maka, pada tahun 2022, Imel memutuskan untuk kembali bekerja sebagai seorang karyawan kantoran demi memenuhi kebutuhan hidup Arunika yang kian bertambah.
Meskipun berhasil dalam hal materi, Imel menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang dalam kehidupannya. Ia merasa bahwa meski telah mencapai impiannya, ia tidak dapat memberikan cinta kasih yang maksimal kepada Arunika. Oleh karena itu, setelah satu tahun bekerja, Imel memutuskan untuk berhenti bekerja lagi dan mengalihkan fokusnya pada Arunika. Imel meyakini bahwa Arunika tidak hanya membutuhkan pemenuhan materi, tetapi juga kasih sayang dan perhatian dari ibunya.
Kini, Imel mengajar di sebuah lembaga pendidikan dan memberikan les privat di sekitar rumah. Meski pendapatannya tidak sebanyak ketika bekerja di kantor, Imel merasa bahwa hal ini lebih memberikan kebahagiaan bagi dirinya dan Arunika. "Sekarang aku mengajar di Bimba sambil les privat untuk anak-anak di dekat rumah. Pendapatannya memang tidak seberapa, tapi Arunika bisa mendapatkan semuanya. Kasih sayang aku, perhatian aku, dan pelukan dari pagi sampai malam," kata Imel.
Kisah Imel adalah salah satu contoh kekuatan dan ketabahan ibu tunggal dalam menjalani kehidupannya. Keberhasilan Imel menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan materi dan memberikan kasih sayang yang tulus kepada Arunika adalah suatu inspirasi bagi banyak ibu tunggal lainnya. Kita dapat belajar dari perjuangan Imel bahwa membesarkan anak bukan hanya tentang memberikan materi, tetapi juga memberikan kasih sayang yang tulus dan perhatian yang mendalam, karena itulah yang benar-benar dibutuhkan oleh anak-anak kita.