Ini Tawaran Warga Temanggung yang Harus Ditolak
Tanggal: 21 Jul 2017 14:19 wib.
Ini pengalamanku libur lebaran dua tahun lalu di Temanggung Jawa Tengah.
Di Temanggung, tepatnya di desa Ketanduran kira-kira 1 jam dari Wonosobo, udaranya sejuk, jauh berbeda dengan hawa di Cirebon. Penduduk sekitar memanfaatkan air yang mengalir dengan membuat kolam dan menanaminya dengan anek ikan tawar.
Saat berbincang-bincang ngalor-ngidul kami ditawari makan. Di meja makan tersedia berbagai hidangan seperti, pecel bumbu kacang, gurame dan lele goreng, dan tentu saja tempe goreng. Saya beserta keluarga menyantapnya sambil melanjutkan perbincangan.
Selesai makan kami pindah tempat ngobrol. Teras di depan rumah yang berangin sejuk menjadi pilihan. Bosan ngobrol-ngobrol kami pun jalan-jalan.
“Monggo pinarak,” tawar seoarang bapak yang kami temui di jalan.
Kami pun menerima tawarannya dan singgah di rumah si bapak. Setelah berbincang beberapa saat si bapak menawari kami makan. Karena tidak mau mengecewakannya, kami pun makan.
Hidangannya hampir sama pecel bumbu kacang, gurame dan lele goreng yang ditangkap dari kolam, dan tentu saja tempe goreng . Sehabis makan dan berbincang, kami pun pun pamit.
Dengan perut kenyang kami berjalan pulang. Ditengah jalan kami bertemu lagi dengan seorang bapak beserta istrinya.
“Monggo pinarak,” tawar si bapak sambil tersenyum.
Kembali, kami pun menerima tawaran “pinarak” Setelah berbincang beberapa saat si bapak menawari kami makan.
“Jadi, pinarak artinya “makan”. Begitu saya mengartikannya.
Untuk tidak mengecewakannya, kami pun makan. Hidangannya hampir sama seperti sebelumnya, pecel bumbu kacang, gurame dan lele goreng yang ditangkap dari kolam, dan tentu saja tempe goreng . Sehabis makan dan berbincang, kami pun pun pamit.
Baru saja sampai di depan pintu pagar rumah.
“Monggo pinarak,” tawar si bapak sambil tersenyum.
Dalam hati, saya menjerit, “Apa .... pinarak lagi .... makan lagi.”
NB:
Pinarak bisa diartikan mampir, singgah,