Viral Gerakan "4B" dari Korea hingga Amerika, Apa Maksudnya?
Tanggal: 19 Nov 2024 09:32 wib.
Gerakan "4B" yang berasal dari Korea Selatan telah menarik perhatian di Amerika Serikat setelah Pemilihan Presiden 2024. Menurut laporan dari The Korea Herald, gerakan ini muncul sekitar tahun 2018 di tengah kelompok perempuan.
Gerakan ini mendorong para perempuan untuk menolak konsep pernikahan heteroseksual, melahirkan, berkencan, atau berhubungan seks dengan laki-laki.
Singkatan "4B" terdiri atas kata "bihon" (tidak menikah), "bichulsan" (tidak melahirkan), "biyeonae" (tidak berkencan), dan "bisekseu" (tidak berhubungan seks). Gerakan ini pada dasarnya mendorong para perempuan untuk sepenuhnya melepaskan diri dari hubungan dengan laki-laki.
Menyebar dari Korea Selatan, gerakan "4B" juga mulai menarik minat perempuan di Amerika Serikat setelah kemenangan Trump dalam pilpres. Kemenangan Trump di Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 telah membuat beberapa perempuan AS mempertimbangkan gerakan ini.
Melalui unggahan di media sosial, terlihat antusiasme perempuan AS terhadap gerakan "4B". Penelusuran kata kunci "4B" juga mencapai titik tertinggi sepanjang masa dan minat terhadap gerakan tersebut tampak melonjak hingga 450 persen di AS, terutama di Washington, DC, Colorado, Vermont, dan Minnesota.
Gerakan "4B" sendiri memiliki akar permasalahan yang merupakan bagian dari respons yang lebih luas terhadap kekerasan gender, terutama setelah insiden tragis pembunuhan seorang perempuan di dekat Stasiun Gangnam di Seoul pada 2016.
Peristiwa ini mengundang perhatian nasional terhadap berbagai isu, termasuk pembunuhan terhadap perempuan dan kejahatan seks digital. Diskusi tentang misogyni atau budaya kebencian terhadap perempuan semakin marak, menjadikan gerakan "4B" sebagai bagian dari respons sosial terhadap kekerasan gender.
Lebih jauh, gerakan "4B" menjadi fenomena yang menarik karena adanya ketidaksetaraan gender yang terus berlanjut di Korea Selatan. Meskipun laki-laki telah dilampaui oleh perempuan dalam tingkat penerimaan mahasiswa baru sejak 2005, perempuan di Korea Selatan masih menghadapi kesenjangan gender dalam hal pekerjaan dan upah.
Tingkat kesenjangan upah gender di Korea Selatan merupakan yang terburuk di dunia, dimana perempuan memperoleh penghasilan rata-rata 31,2 persen lebih rendah daripada laki-laki.
Kondisi tersebut membuat banyak perempuan merasa tidak memiliki pilihan yang layak terkait jalur kehidupan tradisional seperti pernikahan dan melahirkan anak. Hal ini juga mempertegas pemikiran para perempuan yang ingin melepaskan diri dari keterikatan dengan laki-laki dan menolak budaya patriarki yang masih kuat di Korea Selatan.
Selain itu, gerakan "4B" juga menjadi isu yang memecah belah dalam tatanan masyarakat Korea Selatan, terutama terkait dengan politik dan budaya. Pemilihan Presiden Korea Selatan pada tahun 2022 terutama menunjukkan perpecahan terkait isu-isu kesetaraan gender dan gerakan feminisme.
Dalam konteks ini, gerakan "4B" dan gerakan pembebasan dari standar kecantikan yang kaku atau gerakan "Escape the Corset" telah menjadi bagian dari perlawanan terhadap sistem patriarki yang kuat di Korea Selatan.
Maka dari itu, gerakan "4B" tidak hanya menjadi sekadar sebuah tren, tetapi juga merupakan ekspresi dari ketidakpuasan perempuan terhadap ketidaksetaraan gender dan budaya patriarki yang masih kuat di Korea Selatan serta di berbagai negara lainnya.
Gerakan ini menunjukkan bahwa perempuan ingin memiliki kendali atas kehidupan mereka tanpa terkungkung oleh ekspektasi sosial dan budaya yang melekat. Bagi banyak perempuan, gerakan "4B" menjadi simbol dari keinginan untuk kebebasan dan kemandirian dalam menentukan jalan hidup mereka.