Utarakan Kemarahan Anda Ternyata Buat Kamu Lebih Bahagia
Tanggal: 21 Agu 2017 21:37 wib.
Tampang.com - Orang paling bahagia ternyata bukanlah orang yang tak pernah menunjukkan kemarahannya. Ungkapan ini adalah hasil dari temuan terbaru peneliti.
Menurut tim peneliti ini, kebahagiaan bukan hanya sekedar merasa senang sepanjang waktu. Kebahagiaan adalah mengenai merasakan emosi lainnya, seperti kecewa atau marah. Kecewa atau merah juga ternyata sama berharganya bagi kesehatan mental.
Dalam beberapa budaya, memang ada banyak yang menekankan untuk merasa baik sepanjang waktu. Namun, bagi beberapa orang, dengan memendam perasaan marah atau frustasi tersebut, dapat menjadi "bom waktu" dan menciptakan rasa tidak menyenangkan dalam waktu yang lama.
Memendam rasa marah berbeda dengan tidak pernah marah. Karena beberapa orang memang hanya tidak mampu marah.
Hasil studi ini didapat dari peneliti Maya Tamir PhD dan rekan-rekannya di Hebrew University of Jerusalem, dengan melakukan wawancara dengan 2.324 mahasiswa di delapan negara, termasuk Amerika Serikat.
Para peserta disurvei tentang perasaan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, serta perasaan apa yang paling ingin mereka tunjukkan. Peserta juga menjawab pertanyaan tentang gejala depresi dan kepuasan hidup.
Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology tersebut mengungkapkan sebagian besar peserta berharap untuk bisa menunjukkan emosi yang lebih menyenangkan dalam hidup mereka.
Tetapi terlepas dari jenis emosi yang paling ingin ditunjukkan dan terlepas dari negara atau budaya, peserta yang menunjukkan emosi paling sesuai dengan kondisi emosi yang mereka alami, melaporkan kepuasan hidup lebih besar dan lebih sedikit gejala depresi.
Walau begitu, penelitian ini menekankan bahwa bukan berarti Anda bebas menjadi orang yang pemarah bagi orang lain, seperti mengutarakan kata-kata buruk yang menyakiti hati orang lain.
Semisal, saat Anda merasa kesal, Anda boleh berbicara dengan nada kesal, namun jika ternyata kekesalan itu sudah berlalu, tidak perlu dibuat-buat. Sebab untuk bisa menjadi kunci kebahagiaan, tujuan dari kemarahan adalah untuk “mengingatkan”, bukannya memuaskan emosi, kata Tamir.
"Apa yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah bahwa orang yang lebih bahagia adalah mereka yang menjalani emosi secara alami dan positif. Saat marah disalurkan dengan baik, maka pemulihannya akan menjadi lebih cepat, tak ada dendam, tak ada penyesalan, dan itu menyehatkan mental, yang akhirnya membuat hidup lebih bahagia secara keseluruhan," kata Tamir.
Selanjutnya, penelitian masa depan diperlukan untuk melihat apakah jenis emosi tidak menyenangkan lainnya, seperti rasa bersalah, ketakutan, kesedihan, atau rasa malu, juga merupakan bagian penting dari pengalaman hidup, kata Tamir.