Ukuran Celana dan Risiko Kesehatan: Apa Maksud Pernyataan Menkes Budi Gunadi?
Tanggal: 17 Mei 2025 14:09 wib.
Tampang.com | Pernyataan kontroversial Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini mengundang perhatian publik. Dalam sebuah kesempatan, Menkes menyampaikan bahwa pria dengan ukuran celana jeans di atas 33 lebih cepat "menghadap Allah." Meskipun pernyataannya menimbulkan perdebatan, maksud sebenarnya bukan untuk mempermalukan, melainkan sebagai bentuk peringatan tentang pentingnya menjaga kesehatan, khususnya terkait risiko penyakit kronis.
Bukan Soal Fashion, Tapi Indikator Kesehatan
Pernyataan Menkes ini sejatinya mengacu pada pentingnya memperhatikan ukuran lingkar pinggang sebagai indikator awal risiko kesehatan. Ukuran celana disebut sebagai cara praktis dan mudah dipahami oleh masyarakat untuk menggambarkan potensi masalah kesehatan yang lebih serius, terutama yang berkaitan dengan obesitas.
Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, seorang dokter sekaligus pakar gizi masyarakat, menjelaskan bahwa ukuran celana jeans bukanlah tolok ukur utama, melainkan lingkar pinggang. “Ukuran lingkar pinggang yang dianggap aman bagi pria Asia adalah di bawah 90 cm, dan untuk perempuan di bawah 80 cm,” jelasnya.
Sebagai gambaran, pria dengan lingkar pinggang di bawah 90 cm biasanya mengenakan celana ukuran 29 hingga 32, tergantung bentuk tubuh dan jenis potongan celana.
Obesitas Sentral: Bahaya Tak Terlihat di Balik Ukuran Pinggang
Lebih lanjut, dr. Christopher Andrian, Sp.GK, menekankan bahwa obesitas tidak cukup hanya dilihat dari berat badan atau Body Mass Index (BMI). Menurutnya, ukuran lingkar pinggang justru bisa mengungkap risiko tersembunyi, seperti obesitas sentral—penumpukan lemak di area perut yang berbahaya.
“Lingkar pinggang yang melebihi 90 cm pada pria Asia menunjukkan adanya lemak visceral yang menumpuk di sekitar organ dalam,” ungkap dr. Christopher. Lemak jenis ini erat kaitannya dengan berbagai masalah metabolik seperti resistensi insulin, hipertensi, hingga kolesterol tinggi.
Ukuran Lingkar Pinggang dan Risiko Sindrom Metabolik
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Diabetes Federation (IDF) mencantumkan lingkar pinggang sebagai salah satu indikator penting dalam mendeteksi sindrom metabolik—kumpulan gejala yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Dalam konteks ini, peringatan Menkes menjadi relevan. Tujuannya adalah menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemantauan kesehatan sejak dini dengan cara sederhana namun efektif—seperti mengukur lingkar pinggang secara rutin.
Cara Mengukur Lingkar Pinggang di Rumah
Mengecek lingkar pinggang tidak membutuhkan alat khusus dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Berikut panduan singkat:
Gunakan meteran kain (bukan logam).
Ukur bagian perut yang paling lebar, biasanya sekitar pusar.
Pastikan meteran tidak terlalu ketat atau longgar.
Ukur saat Anda berdiri tegak, setelah mengeluarkan napas.
Jika angka yang muncul melebihi batas aman (90 cm untuk pria, 80 cm untuk wanita), sebaiknya mulai mempertimbangkan perubahan gaya hidup—seperti memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan berkonsultasi ke dokter.