Turis China Mendominasi Belanja Pariwisata di Seluruh Dunia
Tanggal: 8 Jun 2024 20:48 wib.
Turis China menjadi paling royal di dunia dalam belanja ketika liburan di luar negeri. Menurut catatan Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization, WTO), pengeluaran turis China ke luar negeri sepanjang tahun lalu mencapai US$196,5 miliar atau setara dengan Rp3.194 triliun.
Pada tahun 2022, turis asal Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat sebagai turis paling royal dalam belanja di luar negeri, namun posisi tersebut kembali direbut oleh China pada tahun 2023. Turis AS sendiri tahun lalu menghabiskan US$150 miliar saat melancong ke luar negeri.
Selain itu, negara-negara lain juga tidak kalah penting dalam kontribusi pengeluaran pariwisata global. Gerek Jerman, misalnya, berada di urutan ketiga dengan pengeluaran sebesar US$112 miliar sepanjang tahun lalu, diikuti oleh Inggris dengan US$110 miliar, dan Prancis dengan pengeluaran sebesar US$49 miliar.Kemudian, Kanada, Italia, India, Rusia, dan Korea Selatan juga berhasil masuk dalam daftar 10 negara dengan pembelanja pariwisata terbesar di dunia pada tahun 2023.
Dalam hal kunjungan internasional, Prancis tetap menjadi tujuan yang paling banyak dikunjungi di dunia pada tahun 2023 dengan 100 juta kedatangan internasional, diikuti oleh Spanyol dan Amerika Serikat. Selain itu, menurut sumber yang dilansir oleh VN Express, data dari Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia menunjukkan bahwa pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19 merebak, turis asal China menghabiskan hampir US$248 miliar di luar negeri, atau setara dengan 14% dari pengeluaran pariwisata global.
Sebagai negara sumber pasar terbesar bagi sebagian besar negara Asia Tenggara, turis China memiliki peran yang sangat penting dalam industri pariwisata regional. Namun, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak signifikan bagi pariwisata global, termasuk negara-negara Asia Tenggara yang menjadi tujuan favorit para wisatawan China.
China sendiri menutup perbatasannya selama hampir tiga tahun untuk mengendalikan penyebaran virus. Namun, sejak Negeri Tirai Bambu kembali membuka perbatasannya pada awal tahun lalu, negara-negara Asia bergegas memberikan keringanan visa untuk menarik wisatawan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian mereka.