Sumber foto: Canva

Trik Licik Bisnis yang Sering Digunakan

Tanggal: 14 Jul 2025 17:14 wib.
Persaingan bisnis yang ketat, ada saja cara yang ditempuh beberapa pihak untuk meraih keuntungan. Tidak semua taktik itu bersih atau etis. Kadang, ada trik licik bisnis yang sengaja dipakai untuk mengakali pelanggan atau bahkan pesaing. Mengenali trik-trik ini penting, bukan untuk menirunya, tapi agar kita bisa lebih waspada sebagai konsumen atau pemain bisnis yang berintegritas. Ini bukan soal strategi pemasaran inovatif, melainkan manuver yang cenderung memanipulasi situasi demi keuntungan sepihak.

Harga Jebakan: Diskon yang Menipu Mata

Salah satu trik paling umum adalah harga jebakan. Coba perhatikan, seringkali kita melihat diskon besar-besaran, tapi ternyata barang aslinya memang sudah di-markup harganya jauh di atas normal. Jadi, meski kelihatannya dapat diskon 50%, sebenarnya harga yang kita bayar itu ya harga normal atau bahkan sedikit lebih mahal. Trik lain adalah menawarkan tiga pilihan harga: satu yang sangat mahal, satu yang murah, dan satu di tengah yang terlihat paling menarik karena "sedikit lebih baik" dari yang murah tapi tidak semahal yang paling tinggi. Ini sering disebut decoy effect. Pelanggan jadi merasa membuat pilihan cerdas, padahal sebenarnya sudah digiring ke opsi yang diinginkan penjual. Harga semacam ini seolah memberi keuntungan, tapi sebenarnya menguras dompet tanpa sadar.

Bait and Switch: Janji Palsu di Awal

Taktik bait and switch ini lumayan bikin kesal. Penjual mengiklankan produk atau layanan yang sangat menarik dengan harga super murah. Begitu pelanggan datang dan tertarik, tiba-tiba produk itu "habis" atau "tidak tersedia". Lalu, pelanggan diarahkan ke produk lain yang jauh lebih mahal atau kualitasnya standar. Ini sering terjadi di penjualan mobil bekas atau properti. Iklannya menggiurkan, tapi begitu sampai lokasi, yang ditawarkan beda jauh. Taktik ini mengandalkan rasa sudah terlanjur datang dan malas mencari lagi, sehingga pelanggan cenderung menerima apa adanya. Ini jelas manipulasi yang merugikan kepercayaan konsumen.

Ulasan Palsu dan Testimoni Rekayasa: Citra yang Dibangun-buat

Di era digital, reputasi online itu segalanya. Makanya, ada saja pihak yang nekat menggunakan ulasan palsu atau testimoni rekayasa. Mereka bisa menyewa orang untuk menulis ulasan bintang lima di e-commerce, atau membuat akun-akun bodong di media sosial yang memuji-muji produk. Bahkan ada yang membeli "like" atau "follower" palsu agar terlihat populer dan terpercaya. Tujuannya cuma satu: membangun citra positif yang tidak jujur agar calon pembeli percaya dan mau bertransaksi. Ini jelas menyesatkan karena informasi yang disajikan bukan berdasarkan pengalaman asli konsumen, melainkan hasil rekayasa untuk menipu persepsi pasar. Konsumen harus lebih hati-hati memilah ulasan, terutama yang terlalu sempurna atau seragam.

Penjualan Agresif dan Tekanan Psikologis: Memaksa Beli Sekarang

Beberapa bisnis, terutama di sektor jasa atau barang bernilai tinggi, menggunakan penjualan agresif dan tekanan psikologis. Petugas penjualan mungkin membatasi waktu penawaran dengan kalimat "promo ini hanya berlaku hari ini" atau "stok sangat terbatas, beli sekarang atau menyesal". Mereka juga bisa menggunakan teknik fear of missing out (FOMO) atau rasa takut ketinggalan. Bahkan, ada yang sampai menghina produk pesaing atau melebih-lebihkan masalah yang bisa diatasi produk mereka. Ini bukan menawarkan solusi, tapi menciptakan kecemasan agar pembeli mengambil keputusan impulsif tanpa pikir panjang. Taktik semacam ini mengabaikan etika dan lebih fokus pada penutupan penjualan dengan cara apapun.

Planned Obsolescence: Barang Sengaja Dibikin Cepat Rusak

Ini adalah trik yang lebih canggih dan sering dipakai di industri elektronik atau gawai: planned obsolescence. Produk sengaja dirancang agar cepat usang atau rusak setelah periode waktu tertentu, sehingga konsumen terpaksa membeli yang baru. Bisa jadi karena komponennya tidak bisa diganti, software-nya tidak lagi didukung, atau desainnya yang cepat ketinggalan zaman. Tujuannya adalah memastikan siklus pembelian terus berlanjut. Dari sudut pandang bisnis, ini menguntungkan karena menjaga permintaan tetap tinggi. Tapi dari sisi konsumen, ini jelas merugikan karena harus terus mengeluarkan uang untuk produk yang sebenarnya bisa bertahan lebih lama jika dirancang dengan baik. Ini juga punya dampak buruk pada lingkungan karena sampah elektronik yang menumpuk.

Mengenali trik-trik ini adalah langkah awal untuk menjadi konsumen yang lebih cerdas dan pelaku bisnis yang lebih berintegritas. Lingkungan bisnis yang sehat dibangun di atas kejujuran, transparansi, dan nilai tambah yang riil, bukan dari manipulasi atau trik licik yang merugikan semua pihak dalam jangka panjang. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved