Tren Unik Wanita Lajang di China: Foto Kehamilan dengan Perut Palsu, Fenomena atau Kontroversi?
Tanggal: 25 Des 2024 20:36 wib.
Tren unik baru-baru ini muncul di China, di mana para wanita muda lajang memilih untuk melakukan pemotretan dengan pura-pura hamil. Melansir South China Morning Post, tren pemotretan yang disebut pre-set photoshoot ini bertujuan untuk mengabadikan dan merayakan momen-momen penting saat mereka masih dalam masa keemasan atau sebelum menua.
Hal ini menjadi perbincangan di masyarakat China, terutama mengingat tren menurunnya angka pernikahan dan kelahiran di negara tersebut. Menurut Kementerian Urusan Sipil, dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, hanya 4,75 juta pasangan yang mendaftarkan pernikahan.
Fenomena ini menjadi semakin menarik perhatian publik setelah seorang influencer Generasi Z dari provinsi Hunan yang memiliki lebih dari 5,7 juta pengikut di platform media sosial membagikan foto-foto dari pemotretan kehamilannya yang menjadi sorotan nasional.
Influencer tersebut, yang dikenal dengan nama Meizi Gege, mengunggah video di mana ia tampak mengenakan perut palsu dan berpose sebagai seorang wanita hamil. Dalam video tersebut, sang fotografer terlihat memasangkan aksesoris padanya, sementara orang lain membantu mengenakan perut palsu tersebut, yang kemudian dengan bangga memamerkan bentuk tubuhnya yang sempurna.
Namun, tren ini tidak luput dari berbagai komentar dan tanggapan warganet. Terdapat kekhawatiran bahwa tren ini memperkuat standar kecantikan kulit putih, kurus, dan muda, yang toksik di kalangan ibu baru. Foto-foto tersebut sering kali menunjukkan bahwa wanita harus mempertahankan bentuk tubuh yang muda dan ramping selama kehamilan, sebuah harapan yang jelas tidak realistis, menurut para kritikus.
Meskipun popularitas foto-foto semacam itu didorong oleh keinginan para wanita untuk memiliki foto kehamilan yang cantik, masalah standar kecantikan yang tidak realistis ini menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa hal ini seharusnya tidak menjadi sebuah tren yang diikuti, karena dapat memberikan tekanan yang berlebihan bagi wanita, terutama yang sedang mengalami kehamilan.
Dari sisi lain, ada juga pandangan bahwa tren ini sejatinya merupakan ekspresi kreativitas dan keinginan untuk merayakan diri sendiri tanpa terbatas oleh batasan tradisional. Para wanita yang terlibat dalam tren ini memiliki motivasi yang kuat untuk merayakan kehidupan mereka disaat mereka masih merasa dalam masa keemasan atau sebelum memasuki fase kehamilan yang sebenarnya.
Perlu diingat bahwa keputusan seseorang untuk memilih untuk mengikuti tren ini adalah hak individu mereka. Meskipun reaksi masyarakat bisa beragam, yang terpenting adalah memberikan dukungan dan pemahaman terhadap beragam cara ekspresi individu, asalkan tidak merugikan orang lain.
Terkait dengan hal ini, penting untuk memastikan bahwa setiap tren atau fenomena yang muncul tidak menghasilkan tekanan yang berlebihan pada individu atau kelompok tertentu.
Sebagai masyarakat, kita dapat mempraktikkan sikap yang inklusif dan saling mendukung dalam merespon setiap tren yang muncul, tanpa memaksakan standar kecantikan atau pola pikir tertentu kepada orang lain. Hal ini penting untuk menciptakan ruang yang aman dan mendukung bagi semua orang dalam mengekspresikan diri tanpa terkekang oleh bayangan asumsi atau ekspektasi dari pihak lain.