Tren Peralihan dari Smartphone ke "HP Bodoh" di Eropa dan Amerika
Tanggal: 19 Jun 2024 15:13 wib.
Peralihan penggunaan smartphone ke dumb phone, alias “HP bodoh” sedang menjadi tren di kalangan pengguna Eropa dan Amerika Serikat (AS). Tren ini bukan hanya ramai di kalangan anak muda saja, melainkan para orangtua, hingga anak usia dini.
Perubahan ini menunjukkan adanya kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kecanggihan teknologi pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Sebagian besar pengguna yang khawatir akan dampak buruk dari penggunaan smartphone pun menyiasatinya dengan beralih ke ponsel “bodoh”.
Dumb phone, dengan fitur-fiturnya yang terbatas, memiliki potensi untuk mengurangi rasa kecanduan terhadap media sosial dan mengurangi masalah kesehatan mental. Penggunaannya dapat membantu dalam mengatur waktu layar (screen time) yang lebih sehat dan mengurangi tekanan dari media sosial.
Sebuah laporan menunjukkan bahwa seorang anak berusia 16 tahun di Kanada bernama Luke Martin memutuskan menggunakan dumb phone. Usai menggunakan dumb phone, ia melaporkan bahwa durasi screen time-nya turun drastis, dari empat hingga lima jam menjadi hanya 20 menit per hari. Hal ini menunjukkan bahwa peralihan ke dumb phone dapat membantu mengurangi ketergantungan pada teknologi.
Namun, meskipun tren ini menawarkan berbagai manfaat, terdapat pro dan kontra dalam masyarakat terkait dengan peralihan ini. Banyak yang berpendapat bahwa ponsel canggih masih menawarkan segudang manfaat, terutama dalam hal konektivitas dan akses informasi.
Di sisi lain, keterbatasan fitur di dumb phone juga dapat menyulitkan anak-anak dalam berinteraksi dengan teman-teman mereka yang menggunakan smartphone yang lebih canggih. Oleh karena itu, peralihan penggunaan dumb phone kemungkinan tidak akan terjadi secara massal dalam waktu dekat.
Namun, penting untuk diakui bahwa tren peralihan dari smartphone ke dumb phone menunjukkan bahwa kesadaran akan penggunaan teknologi yang lebih sehat semakin meningkat di masyarakat. Dengan membatasi ketergantungan pada smartphone, pengguna dapat mempromosikan gaya hidup yang lebih seimbang dan mendukung kesehatan mental yang lebih baik.
Dampak Peralihan dari Smartphone ke Dumb Phone
Perubahan tren penggunaan ponsel pintar menuju dumb phone di Eropa dan Amerika Serikat memunculkan diskusi yang mendalam terkait dampak dan manfaat dari perubahan ini. Selain sebagai alternatif untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan smartphone, peralihan ini juga bisa memberikan kontrol lebih terhadap penggunaan teknologi, terutama pada anak muda.
Sejumlah studi membuktikan bahwa tingginya tingkat terpapar seseorang terhadap smartphone memiliki korelasi dengan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres. Penggunaan media sosial juga kerap menimbulkan perasaan kewalahan dan memicu kecemasan di kalangan pengguna muda. Selain itu, fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga menjadi dampak negatif dari penggunaan media sosial, di mana orang takut ketinggalan informasi atau tren yang sedang ramai dibicarakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Harvard University menemukan bahwa otak seseorang yang menggunakan media sosial memiliki respons yang serupa terhadap zat adiktif. Temuan ini memberikan gambaran bahwa bermain media sosial berpotensi menciptakan rasa adiksi atau kecanduan. Oleh karena itu, peralihan dari smartphone ke dumb phone menjadi alternatif yang diminati untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan teknologi pada kesehatan mental.
Salah satu alasannya adalah penggunaan smartphone dan media sosial yang kian mengkhawatirkan pada remaja dan anak-anak. Semakin dini mereka terpapar dengan smartphone, semakin besar potensi terjadinya kecanduan dan dampak negatif terhadap masa tumbuh-kembang mereka. Oleh karena itu, penggunaan dumb phone menjadi solusi yang dapat mengurangi rasa candu untuk terus terkoneksi dengan media sosial dan mengurangi durasi screen time yang berlebihan.
Penggunaan dumb phone juga menjadi pilihan bagi para orang tua yang ingin membatasi penggunaan ponsel pada anak-anaknya. Survei yang dilakukan Otoritas Komunikasi Inggris menunjukkan bahwa seperempat anak berusia 5 hingga 7 tahun sudah mulai menggunakan smartphone. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan fisik anak-anak.
Sebagai contoh, seorang orang tua dengan anak berusia 5 tahun, Lizzie Broughton, memutuskan untuk membeli ponsel lawas Nokia dengan model lipat sebagai alternatif untuk anaknya. Hal ini dilakukan atas keyakinan bahwa penggunaan smartphone untuk anak usia dini bukan langkah yang tepat. Dumb phone dinilai dapat membantu mengurangi ketergantungan anak pada teknologi dan mengajarkan mereka untuk lebih bijak dalam mengakses teknologi.