Transformasi Pekerjaan di Masa Depan: Prediksi Profesi yang Akan Bertahan hingga Tahun 2030
Tanggal: 25 Jan 2025 13:42 wib.
Transformasi global terus mendorong perubahan besar dalam pasar tenaga kerja. Laporan "The Future of Jobs Report 2025" yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) mengungkapkan sejumlah tren dan prediksi pekerjaan yang akan bertahan menghadapi perubahan hingga 2030. Dalam laporan ini, teknologi, transisi hijau, dan perubahan demografis menjadi pilar utama yang membentuk lanskap kerja masa depan.
Pekerjaan yang Tahan Perubahan
Teknologi menjadi motor utama dalam menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus menggeser pekerjaan yang tidak lagi relevan. Profesi seperti spesialis data besar, insinyur teknologi finansial, ahli kecerdasan buatan, serta pengembang perangkat lunak diprediksi menjadi pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat hingga 2030. Selain itu, profesi di sektor hijau, seperti insinyur energi terbarukan dan spesialis kendaraan listrik, juga menunjukkan prospek cerah seiring meningkatnya investasi global dalam mitigasi perubahan iklim. "Pekerjaan seperti spesialis energi terbarukan akan menjadi kunci, tidak hanya karena permintaan yang terus meningkat, tetapi juga karena pentingnya transisi ke ekonomi berkelanjutan," tulis laporan tersebut.
Dengan demikian, interpretasi data besar dan analisis yang mendasari pengambilan keputusan bisnis akan menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Pasar akan mencari individu yang mampu merangkum, menganalisis, dan mengimplementasikan data besar dalam strategi bisnis untuk bersiap menghadapi dinamika perubahan yang cepat.
Keterampilan yang diperlukan dalam bidang teknologi juga mencakup kemampuan untuk merancang, memahami, dan mengoperasikan teknologi finansial. Di sisi lain, pengembang perangkat lunak akan menjadi salah satu pekerjaan yang diminati mengingat berkembangnya permintaan akan perangkat lunak dalam rangka mengoptimalkan proses bisnis serta kehidupan sehari-hari masyarakat.
Melihat tren di sektor energi terbarukan, di mana investasi global terus meningkat, maka teknisi yang terampil di bidang ini akan sangat dibutuhkan. Hal ini tidak hanya melibatkan teknisi yang mampu memasang dan merawat peralatan energi terbarukan, tetapi juga yang mampu merancang dan mengembangkan teknologi energi terbarukan yang inovatif.
Adapun aspek positif lainnya adalah adanya potensi peningkatan keterlibatan perempuan di sektor ini, yang selama ini lebih didominasi oleh pekerja laki-laki. Kemampuan perempuan untuk berinovasi dan berkontribusi di sektor energi terbarukan harus didukung melalui upaya-upaya pemberdayaan dan pendidikan yang inklusif.
Keterampilan Baru untuk Dunia Kerja
Laporan ini menyoroti pentingnya pembaruan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling) untuk menghadapi perubahan. Sekitar 39% keterampilan yang dimiliki pekerja saat ini akan menjadi usang dalam lima tahun ke depan. Keterampilan seperti berpikir analitis, ketahanan, fleksibilitas, dan kreativitas akan menjadi kebutuhan utama. Keterampilan berbasis teknologi, seperti keamanan siber dan literasi digital, juga semakin dicari.
Managing Director WEF Saadia Zahidi menyebutkan, dunia kerja membutuhkan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan institusi pendidikan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang siap bersaing di masa depan.
Dampak Makrotren Terhadap Pekerjaan
Lima tren besar menjadi pendorong transformasi pasar kerja: perubahan teknologi, transisi hijau, ketidakpastian ekonomi, pergeseran demografis, dan fragmentasi geoekonomi. Tren ini memengaruhi berbagai sektor dengan cara yang berbeda. Di sektor kesehatan, misalnya, permintaan untuk perawat dan pekerja sosial meningkat karena populasi yang menua di negara-negara maju. Sebaliknya, sektor manufaktur cenderung lebih terdampak oleh otomatisasi. Selain itu, laporan ini menyoroti peran penting perempuan dalam ekonomi global. Namun, disparitas gender di pasar tenaga kerja masih menjadi tantangan besar, terutama di negara berpenghasilan rendah.
Strategi Menghadapi Masa Depan
Sebanyak 85 persen perusahaan yang disurvei berencana memprioritaskan peningkatan keterampilan tenaga kerja mereka. Strategi ini dianggap vital untuk mempertahankan daya saing di tengah transformasi global. Selain itu, investasi dalam teknologi yang mendukung kolaborasi manusia dan mesin dipandang sebagai solusi jangka panjang.
Pada masa depan, perusahaan harus memfokuskan upaya pada pengembangan keterampilan adaptasi, ketahanan ketika menghadapi perubahan, dan kreativitas dalam menemukan solusi baru. Ini merupakan strategi yang penting agar pekerja mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja yang semakin berubah dan beragam.
Seiring dengan perkembangan teknologi, keterampilan-keterampilan baru juga akan menjadi kebutuhan utama dalam dunia kerja. Manajemen keterampilan dan upaya-upaya pelatihan berkelanjutan akan menjadi landasan bagi kesuksesan individu dan organisasi di masa depan. Oleh karena itu, bagi individu, upaya memperbaharui dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuan tidak boleh diabaikan. Begitupun bagi perusahaan, investasi dalam pengembangan keterampilan menjadi sangat penting untuk menjaga daya saing dan ketahanan di tengah perubahan yang terus menerus.