Sumber foto: iStock

Tragis! Remaja India Jadi Korban Pemerkosaan 60 Pria Selama 5 Tahun

Tanggal: 28 Feb 2025 13:13 wib.
Seorang wanita remaja berusia 18 tahun dari India telah mengungkapkan pengalaman tragisnya yang membuat dunia terguncang. Dia mengaku telah menjadi korban perkosaan oleh 60 pria berbeda sejak usia 13 tahun.

Kasus ini menyoroti betapa mengerikannya kekerasan seksual yang sering kali disembunyikan dan diabaikan di masyarakat. Pelakunya terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari kerabat jauh, tetangga, hingga teman-teman sekolahnya sendiri.

Salah satu pelaku yang teridentifikasi, merupakan tetangga perempuan tersebut, diduga telah melakukan tindakan kekerasan yang menyedihkan, termasuk mengambil foto-foto seksual yang digunakan untuk memanipulasinya.

Pihak pelaku berusaha mengontrol korban dengan cara yang sangat keji, sehingga memaksa gadis itu untuk diperkosa oleh puluhan pria dan anak laki-laki lainnya selama lima tahun berikutnya. Kejadian ini sangat memilukan dan menunjukkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia ini dapat terjadi di lingkungan terdekat.

Kejadian ini terungkap setelah si korban akhirnya berani berbicara kepada seorang konselor yang mengunjungi kampusnya di Kerala, India. Dalam pertemuan tersebut, korban menceritakan semua detail mengejutkan tentang pelecehan yang telah dia alami selama bertahun-tahun.

Polisi Kerala, yang menerima laporan ini, segera mengambil tindakan dengan menangkap 58 pria dan anak laki-laki yang terlibat. Mereka dituduh melakukan berbagai kejahatan, termasuk penyerangan seksual, pemerkosaan, dan pemerkosaan massal terhadap gadis tersebut.

Seperti yang dikutip dari laporan CNN, Wakil Inspektur Jenderal Kepolisian Kerala, Ajeetha Begum, mengatakan bahwa dua pria lainnya yang juga dicari terkait kasus tersebut telah melarikan diri dari India. Ini menunjukkan adanya jaringan yang menghimpun berbagai individu tanpa rasa empati yang jelas terhadap korbannya.

Dalam dokumen yang ditinjau oleh CNN, terungkap bahwa di antara pelaku adalah teman-teman dari sekolah korban, kerabat dekatnya, dan bahkan tetangganya. Melihat rentang usia pelaku yang berkisar dari anak di bawah umur hingga pria berusia pertengahan 40-an, hal ini semakin menegaskan bahwa masalah kekerasan seksual di India tidak mengenal batasan usia maupun status sosial.

Sayangnya, hingga kini, dakwaan resmi belum diajukan terhadap para pelaku yang ditangkap, dan mereka masih mendekam di penjara. Meskipun mereka dicurigai melakukan kejahatan yang sangat serius, tidak satu pun dari terdakwa tersebut berani berbicara mengenai tuduhan serius yang dihadapi mereka di hadapan publik. Ini menjadi gambaran betapa sulitnya bagi banyak korban untuk berbicara, dan sekaligus mencerminkan ketidakadilan yang sering dialami oleh perempuan di India.

Masalah kekerasan terhadap perempuan, termasuk pemerkosaan, sangat parah di India dan sering kali didorong oleh akar seksisme dan patriarki. Walaupun terdapat upaya pemerintah untuk mengamandemen undang-undang guna menghukum pelaku kekerasan dengan lebih tegas, kenyataannya angka kejadian kekerasan seksual masih tetap tinggi.

Statistik menunjukkan bahwa pemerkosaan memiliki salah satu tingkat hukum terendah untuk kejahatan berat di negara ini. Dalam tahun 2022, hanya sekitar 27% kasus pemerkosaan yang berujung pada hukuman, menurut data dari National Crime Records Bureau (NCRB).

Kasus-kasus tragis seperti ini kerap memicu reaksi keras dari masyarakat. Contohnya, pada Agustus lalu, pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di Kolkata memicu aksi protes besar-besaran. Puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengekspresikan rasa marah mereka dan meminta perubahan atas aturan perlindungan perempuan di India.

Namun, meski terjadi gelombang protes, masih banyak yang mendesak agar penanganan kasus-kasus kekerasan seksual bisa lebih efektif dan benar-benar memberikan rasa aman bagi semua perempuan di India.

Di tengah semua hal ini, ada satu pertanyaan mendalam yang terus bergaung: sampai kapan perempuan akan terkurung dalam ketakutan dan stigma, sementara pelaku kekerasan seksual masih bisa berkeliaran di luar sana? Kisah remaja ini hanya satu dari sekian banyak cerita memilukan yang menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan hak-hak perempuan dan melawan segala bentuk kekerasan serta pelecehan.

Beberapa pakar menggarisbawahi pentingnya adanya pendidikan yang lebih baik terkait kesetaraan gender, serta dukungan dari berbagai lapisan masyarakat agar peristiwa tragis seperti ini tidak terulang di masa mendatang.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu-isu semacam ini, diharapkan akan timbul juga kebangkitan semangat perlawanan terhadap kekerasan. Namun, tanpa tindakan nyata dan kebijakan yang lebih tegas dari pemerintah, semua harapan itu akan tetap tinggal harapan belaka.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved