Sumber foto: iStock

Toko Serba Ada Korea Lebih Besar dari McDonald's Global? Inilah Rahasia Dominasi Tersembunyi Toko Kelontong Dunia

Tanggal: 24 Jun 2025 12:03 wib.
Bagi masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, kebutuhan sehari-hari sering kali dipenuhi melalui warung kelontong. Salah satu jenis warung yang paling dikenal adalah Warung Madura, dinamai demikian karena mayoritas pemiliknya berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Warung ini populer karena hampir selalu buka 24 jam serta menyediakan barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau dan pilihan yang lengkap.

Namun, meskipun sangat diandalkan, Warung Madura bukanlah yang terbesar dalam skala global. Bila ditanya siapa pemimpin sejati dunia toko kelontong, jawabannya justru datang dari Asia Timur — tepatnya Korea Selatan. Negara ini berhasil memegang gelar tak resmi sebagai “Raja Toko Kelontong Dunia” berkat keberadaan toko serba ada (toserba) yang sangat menjamur.

Menurut data dari Asosiasi Industri Toserba Korea, pada tahun 2023 tercatat terdapat sekitar 55.200 toko serba ada yang tersebar di seluruh penjuru Korea Selatan. Jumlah ini bahkan melampaui total cabang restoran cepat saji McDonald's di seluruh dunia, menjadikan Korea sebagai negara dengan kepadatan toserba tertinggi per kapita, mengungguli Jepang dan Taiwan yang juga dikenal sebagai surga toko swalayan.

Profesor Chang Woo-Cheol, pakar dari Kwangwoon University Seoul, menyebut bahwa kekuatan industri toserba di Korea terletak pada strategi inovatif dan kepadatan yang luar biasa. Ia menjelaskan bahwa toserba memainkan peran vital dalam sektor ritel Korea Selatan, bahkan menempati posisi kedua terbesar dalam pangsa pasar penjualan ritel offline nasional.

Berbeda dengan minimarket biasa, toserba di Korea bukan sekadar tempat membeli camilan atau air mineral. Mereka menyediakan berbagai layanan yang luar biasa luas. Pelanggan bisa membeli makanan, alat rumah tangga, hingga memanfaatkan berbagai layanan gaya hidup — seperti mengisi daya ponsel dan skuter listrik, membayar tagihan, menarik tunai, menukar mata uang asing, mengirim surat internasional, bahkan menerima pesanan daring.

Sebuah laporan dari Deloitte Korea pada tahun 2020 menyoroti peran penting toserba dalam kehidupan masyarakat urban Korea. Toserba bukan hanya tempat belanja, tetapi juga ruang sosial yang nyaman, di mana orang bisa duduk santai di antara deretan rak makanan dan minuman. Toko-toko ini juga menyediakan ruang makan sederhana yang menjadi tempat favorit para pekerja kantoran dan pelajar untuk makan siang.

Perkembangan pesat toserba juga didorong oleh urbanisasi tinggi di Korea Selatan, di mana lebih dari 80% penduduk tinggal di pusat kota. Gaya hidup cepat dan padat mendorong kebutuhan akan akses cepat terhadap berbagai kebutuhan sehari-hari. Dalam konteks ini, toserba menjadi solusi ideal yang praktis dan efisien.

Faktor demografi turut berperan. Populasi lajang di Korea semakin meningkat, dengan laporan McKinsey tahun 2021 menyebutkan bahwa 35% rumah tangga Korea dihuni oleh individu lajang. Kelompok ini cenderung menghindari memasak dan memilih solusi instan seperti berbelanja di toserba atau memesan makanan secara online. Mereka mencari efisiensi dalam waktu dan biaya, yang dengan cepat dijawab oleh keberadaan toserba.

Tren ini semakin diperkuat saat pandemi COVID-19 melanda. Perubahan pola belanja masyarakat ke arah digital dan minim interaksi sosial membuat toko kelontong lokal serta toserba semakin digemari. Perusahaan-perusahaan ritel pun mengambil kesempatan ini dengan membuka cabang di lokasi-lokasi strategis seperti di dekat stasiun, pusat hiburan, karaoke, dan galeri seni.

Pertumbuhan ini tercermin dalam angka. Dari tahun 2010 hingga 2021, pendapatan industri toserba di Korea melonjak lebih dari empat kali lipat, dari USD 5,8 miliar menjadi USD 24,7 miliar, mengalahkan penjualan supermarket dan department store tradisional, berdasarkan data Euromonitor yang dikutip oleh McKinsey.

Tak hanya itu, toserba Korea juga menjadi fenomena pop culture. Berbagai konten di media sosial turut mendorong popularitasnya secara global. Influencer dari dalam dan luar negeri mengunggah video yang memperlihatkan stasiun ramen instan di dalam toko, mengulas snack lokal, hingga mengikuti tantangan untuk hanya makan dari produk toserba seharian penuh.

Fenomena yang dijuluki “Korean Wave” atau gelombang Korea ini menampilkan betapa gaya hidup modern dan toserba kini berjalan beriringan. Toko-toko ini tak hanya menjual kebutuhan, tetapi juga membentuk identitas budaya modern Korea yang menarik bagi generasi muda, baik lokal maupun internasional.

Secara keseluruhan, kesuksesan toserba di Korea Selatan bukan hanya soal jumlah cabang, tetapi juga bagaimana mereka menjawab kebutuhan masyarakat urban yang menginginkan kenyamanan, kecepatan, dan variasi layanan dalam satu tempat. Mereka telah berevolusi dari sekadar toko kecil menjadi pusat layanan serba guna yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved