Tips Aman Menggunakan Perangkat Peredam Bising agar Telinga Tetap Sehat
Tanggal: 27 Mar 2025 14:34 wib.
Perangkat audio dengan teknologi peredam bising semakin populer dalam kehidupan sehari-hari karena kemampuannya mengurangi suara latar yang mengganggu. Namun, penggunaannya yang tidak bijak dapat berdampak buruk pada kesehatan telinga. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk tetap menikmati manfaatnya tanpa membahayakan pendengaran.
Bagaimana Teknologi Peredam Bising Bekerja?
Dilansir dari Channel News Asia pada Senin (17/3), perangkat peredam bising menggunakan mikrofon internal untuk mendeteksi suara di sekitar dan menghasilkan gelombang suara berlawanan guna menetralkan kebisingan. Tiga jenis perangkat yang umum menggunakan teknologi ini adalah earphone, earbud, dan headphone.
Secara desain, earphone masuk ke dalam liang telinga, sedangkan earbud hanya menempel di bagian luar. Sementara itu, headphone menutupi seluruh telinga, memberikan lapisan tambahan dalam menghalangi suara bising dari lingkungan sekitar. Dari ketiganya, headphone dinilai paling efektif dalam meredam kebisingan.
Dampak Suara Berlebihan pada Telinga
Menurut Dr. Neo Wei Li, konsultan di Departemen THT – Bedah Kepala & Leher di Rumah Sakit Umum Sengkang, batas aman untuk mendengar suara dengan intensitas 100 dB atau lebih tinggi adalah 15 menit. Jika melebihi batas tersebut, risiko gangguan pendengaran meningkat.
Menariknya, studi menunjukkan bahwa pengguna earphone biasa cenderung menaikkan volume saat berada di lingkungan bising. Sebaliknya, mereka yang menggunakan perangkat peredam bising aktif tidak perlu menaikkan volume setinggi itu, sehingga teknologi ini dapat membantu melindungi telinga dari paparan suara berlebih.
Senada dengan itu, Dr. Gary Lee, kepala Audiologi di Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong, menyebut bahwa perangkat peredam bising lebih aman dibandingkan headphone biasa. Dengan mengurangi suara latar, pengguna tidak perlu memaksimalkan volume musik, sehingga risiko kerusakan pendengaran dapat ditekan.
Berapa Volume yang Aman?
Soo Ying Pei, Kepala Audiologi di Rumah Sakit Alexandra, menekankan bahwa perangkat peredam bising tidak berbahaya jika digunakan dengan benar. Namun, jika volume diatur pada 105–110 dB selama lima menit, risiko gangguan pendengaran akibat kebisingan bisa meningkat, mirip dengan efek paparan lingkungan yang sangat bising.
April Chong, Direktur Clinical Excellence (Training) dan kepala audiologis senior di WS Audiology, menyarankan agar volume suara tidak melebihi 85 dB, karena pada tingkat ini, telinga masih aman terpapar hingga delapan jam. Sebagai gambaran, suara pengering rambut atau truk yang lewat memiliki tingkat kebisingan sekitar 85 dB.
Jika melebihi batas tersebut, durasi mendengarkan yang aman berkurang setengahnya untuk setiap peningkatan 3 dB. Misalnya, mendengarkan suara pada 88 dB hanya aman selama empat jam, dan pada 91 dB hanya aman selama dua jam. Sebagai perbandingan, percakapan normal berada di kisaran 60 dB, sementara suara berbisik sekitar 30 dB.
Risiko Penggunaan Berlebihan
Selain gangguan pendengaran, penggunaan perangkat ini dalam waktu lama dapat menyebabkan penumpukan kotoran telinga akibat penyumbatan, serta meningkatkan risiko infeksi karena akumulasi panas dan keringat di area telinga.
Soo Ying Pei juga mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada perangkat peredam bising dapat memicu kecemasan dan frustrasi ketika pengguna tidak dapat mengakses perangkat tersebut dalam situasi tertentu.
Rekomendasi dari WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas aman mendengarkan suara pada 80 dB selama maksimal 40 jam per minggu untuk orang dewasa, dan 75 dB untuk anak-anak.
Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa banyak orang dewasa muda mendengarkan audio pada kisaran 71–105 dB, dan hingga 58 persen dari mereka melebihi batas aman. Oleh karena itu, Dr. Neo menyarankan aturan praktis sederhana: menjaga volume perangkat audio tidak lebih dari 60 persen dari level maksimalnya.