Sumber foto: google

Tantangan dan Peluang Indonesia di Jadi Gerbang Utama Pasar ASEAN dan Dunia

Tanggal: 10 Jun 2024 11:41 wib.
ASEAN semakin mendapat perhatian dalam kancah geopolitik dan ekonomi global. Dengan jumlah penduduk lebih dari 680 juta orang, kawasan ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia, setelah India dan China. Tak hanya itu, lebih dari separuh populasi di ASEAN berusia di bawah 30 tahun, sehingga dapat disebut sebagai usia produktif. Sejak tahun 2010 hingga 2022, pertumbuhan rata-rata ASEAN mencapai 4,4%, mendorong Produk Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai US$3,6 triliun secara agregat.

Angka PDB yang mencapai US$3,6 triliun ini melampaui PDB India yang tercatat sebesar US$3,5 triliun pada akhir 2022, dan menempatkan PDB ASEAN sebagai yang terbesar kelima di dunia, setelah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Jerman. Pada tahun 2023, Asia Tenggara kembali menunjukkan kekuatannya dengan permintaan domestik yang kuat, inflasi terkendali, serta pertumbuhan ekspor yang terus meningkat.

Kondisi ini menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang menggiurkan bagi ekspansi bisnis, terutama di tengah perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik dunia. Selain itu, bank-bank sentral utama di ASEAN juga mempertahankan suku bunga acuan pada kuartal terakhir 2023, dengan moderasi inflasi dan momentum pertumbuhan yang memungkinkan pelonggaran kebijakan moneter, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Potensi ekonomi dan demografi penduduk usia produktif menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang menarik bagi ekspansi internasional, jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang relatif menua. Survei terbaru HSBC menemukan bahwa 91% dari 3.500 perusahaan multinasional yang memiliki kepentingan bisnis di ASEAN berencana untuk melakukan ekspansi lebih lanjut di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia, sebagai kursi ASEAN, berperan penting dalam dinamika ekonomi regional dan global. Dengan 40% dari populasi ASEAN yang berjumlah sekitar 270 juta jiwa, Indonesia menjadi pintu gerbang bagi 680 juta penduduk ASEAN, serta menjadi pusat pasar regional dan internasional dengan 35 perjanjian perdagangan internasional, termasuk Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang melibatkan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Indonesia juga menyumbang lebih dari sepertiga dari PDB ASEAN, menjadikannya negara dengan perekonomian terbesar di kawasan tersebut sekaligus satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Selain itu, Indonesia memiliki potensi besar dalam rantai pasokan kendaraan listrik, sebuah sektor yang menjadi prospek penting secara global.

Selama satu dekade terakhir, Indonesia secara aktif berupaya untuk mendapatkan nilai tambah dari sumber dayanya, melalui pengolahan bijih mineral di dalam negeri, pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa, hingga insentif yang lebih besar bagi penelitian dan pengembangan yang memungkinkan transfer ilmu.

Contoh nyata dari upaya ini terlihat di sektor pertambangan nikel, di mana kebijakan pembatasan ekspor dan investasi infrastruktur berhasil menarik investasi asing langsung hingga miliaran dolar untuk pengolahan konsentrat dalam negeri, sehingga mendorong Indonesia menjadi produsen nikel terbesar di dunia.

"Indonesia berpotensi muncul sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global dan mendorong pertumbuhan ekonominya secara keseluruhan. Jika Indonesia memainkan perannya dengan baik, peningkatan ekosistem kendaraan listrik dapat meningkatkan potensi pertumbuhan Indonesia, dari 5,3% saat ini menjadi 5,8% pada tahun 2028," ujar Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya.

Tidak hanya dalam sektor manufaktur, Indonesia juga menunjukkan potensi yang besar dalam ekonomi digital. Dengan populasi yang mayoritas berusia muda dan tingkat konektivitas internet yang meningkat, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi utama di bidang ekonomi digital.

Nilai transaksi melalui aplikasi perdagangan digital di Indonesia melonjak hingga 90% menjadi US$77 miliar pada 2022 dan diperkirakan akan mencapai US$130 miliar pada 2025. HSBC, sebagai bank global yang telah beroperasi di Indonesia selama 140 tahun, memiliki peran strategis dalam mendukung perkembangan ekonomi digital serta memahami dengan baik potensi dan tantangan yang terjadi di pasar ini.

HSBC, dengan pengalaman selama 135 tahun di kawasan Asia Tenggara, memiliki jaringan yang kuat, dengan jumlah staf lebih dari 15.000 di 200 lokasi, yang membantu melayani 93% PDB ASEAN. Selain itu, bank ini juga telah mendirikan kantor khusus ASEAN di beberapa negara untuk membantu investor internasional memasuki kawasan ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved