Sumber foto: iStock

Tanda Kiamat? Pemanasan Global Ancam Kehidupan Hewan Berdarah Dingin dan Keanekaragaman Hayati

Tanggal: 9 Des 2024 19:57 wib.
Studi terbaru dari University of British Columbia telah mengungkapkan dampak yang mengkhawatirkan akibat pemanasan global terhadap kehidupan hewan berdarah dingin dan keanekaragaman hayati. Peneliti menyatakan bahwa perubahan iklim memiliki potensi besar dalam menciptakan bakteri dan infeksi jamur yang lebih mematikan bagi hewan-hewan seperti terumbu karang, serangga, dan ikan.

Hal ini juga mencetuskan pertanyaan tentang risiko yang lebih luas yang dihadapi oleh ekosistem dan keanekaragaman hayati akibat peningkatan suhu. Bahkan, potensi risiko ini dapat mengancam kehidupan manusia, seperti yang dikutip dari ScienceDaily, Rabu (4/12/2024).

Dalam penelitian ini, Dr. Kayla King dan Jingdi (Judy) Li telah melakukan penggabungan dari 60 studi eksperimental tentang hewan berdarah dingin yang terinfeksi bakteri dan jamur. Mereka mencatat bahwa hewan berdarah dingin sangat rentan terhadap dampak pemanasan global karena secara langsung bergantung pada suhu.

Studi ini melibatkan 50 spesies, termasuk serangga darat, ikan, moluska, dan karang, yang merupakan sebagian besar dari ekosistem dengan tingkat keanekaragaman hayati yang paling tinggi dan paling rentan di Bumi.

Dengan menggunakan model statistik, para peneliti menemukan bahwa hewan berdarah dingin yang terinfeksi bakteri lebih mungkin mati akibat suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi lingkungan biasanya.

Analisis juga menunjukkan bahwa hewan yang terinfeksi jamur patogen merasakan dampak pemanasan dalam kisaran suhu tertentu. Jamur tidak akan mati dengan mudah saat terjadi kenaikan suhu, kecuali suhu tersebut mendekati kisaran ideal jamur yang dikenal sebagai "termal optimal". Pada titik ini, hewan yang terinfeksi jamur tersebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk mati.

Dr. Li menekankan, "Temuan ini menunjukkan bahwa pemanasan iklim dapat menimbulkan risiko yang besar bagi hewan berdarah dingin yang memegang peranan penting dalam ekosistem." Selain itu, ia menyatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana kenaikan suhu berdampak pada hewan berdarah panas, termasuk manusia.

Dr. King juga menambahkan bahwa hasil penelitian ini memberikan wawasan yang penting untuk memperkirakan risiko terhadap populasi hewan di seluruh dunia yang rentan terhadap pemanasan global dan penyakit.

Seiring dengan temuan ini, penting untuk mempertimbangkan langkah-langkah perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Penurunan drastis dalam populasi hewan berdarah dingin dapat memengaruhi rantai makanan dan keseimbangan alami dalam beragam ekosistem, yang pada gilirannya akan berdampak pada manusia dan kehidupan lainnya.

Perlu diperhatikan bahwa kondisi ini juga dapat memengaruhi sektor ekonomi yang bergantung pada keberadaan hewan-hewan berdarah dingin. Misalnya, penurunan populasi ikan yang disebabkan oleh dampak pemanasan global bisa mengancam industri perikanan yang merupakan mata pencaharian bagi banyak masyarakat.

Tentu saja, salah satu cara penting untuk mencegah dampak buruk ini adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi lingkungan. Kebijakan yang mendukung pengurangan emisi dan pelestarian ekosistem akan berperan penting dalam memitigasi dampak pemanasan global terhadap kehidupan hewan berdarah dingin dan keanekaragaman hayati.

Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan dan upaya nyata untuk mencegah pemanasan global menjadi sangat krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved