Sushi Awalnya Bukan Makanan Mewah, Tapi Dari Cara Mengawetkan Ikan Orang Jepang

Tanggal: 27 Jul 2025 22:24 wib.
Sushi, yang kini dikenal sebagai hidangan mewah di berbagai restoran, memiliki sejarah yang kurang lebih berbeda. Penjelasan mengenai asal-usul sushi akan membawa kita pada temuan bahwa makanan ini bukanlah suatu inovasi kuliner yang lahir dari rasa gourmet, melainkan sebagai salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan dan penyebabnya, yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.

Pada awalnya, sushi berasal dari praktik tradisional Jepang yang dikenal sebagai "narezushi." Praktik ini sudah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu dan merupakan metode yang sederhana untuk mengawetkan ikan. Dalam prosesnya, ikan akan dibersihkan dan didiamkan dalam beras yang fermentasi. Setelah beberapa bulan, ikan tersebut akan dikonsumsi, dan beras yang digunakan untuk mengawetkan ikan akan dibuang. Proses fermentasi inilah yang mengubah cita rasa ikan dan membuatnya lebih tahan lama.

Alasan di balik penggunaan beras sebagai media pengawet adalah kondisi iklim Jepang yang lembap dan hangat, di mana ikan segar bisa cepat membusuk. Dengan memanfaatkan proses fermentasi, masyarakat Jepang pada masa itu menemukan cara yang efisien untuk menyimpan ikan selama berbulan-bulan. Ini menjadi sangat penting mengingat keterbatasan teknologi pendinginan dan penyimpanan makanan pada zaman tersebut. 

Seiring berjalannya waktu, metode narezushi mengalami variasi dan perkembangan. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh budaya dari negara lain, terutama setelah Jepang membuka diri terhadap pengaruh luar dan transaksi perdagangan. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai varian sushi yang lebih dikenal saat ini, seperti nigiri dan maki. Sushi mulai diperkaya dengan bahan-bahan lain dan menjadi lebih beragam, tetapi tetap mempertahankan elemen dasar dari cara pengawetan ikan.

Pada abad ke-19, sushi mulai dipopulerkan di Tokyo dengan bentuk baru yang lebih praktis dan cepat disajikan, yaitu nigiri sushi. Di sini, ikan segar disajikan di atas nasi yang sudah dibumbui. Penyebab lain dari evolusi sushi menjadi makanan mewah adalah perkembangan industri makanan dan peningkatan kualitas bahan baku. Sejarah mencatat bahwa restoran sushi pertama kali muncul di Jepang saat itu, dan sushi mulai disajikan secara langsung kepada pelanggan.

Transformasi sushi menjadi makanan elit juga tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Dengan semakin banyaknya orang yang memperkenalkan sushi ke berbagai belahan dunia, sushi mulai diasosiasikan dengan keanggunan dan kemewahan, terutama ketika disajikan dalam setting yang chic. Restoran sushi di luar Jepang mulai menawarkan pilihan yang dihias dengan cantik dan harga yang melambung tinggi. 

Namun, meskipun sushi kini sering dipandang sebagai makanan mewah, penting untuk diingat bahwa akar sejarahnya tetap berpendar dari nilai-nilai praktis. Banyak orang yang menganggap sushi sebagai simbol dari kecanggihan dan kesenian makanan, tetapi alasannya berangkat dari kebutuhan yang sederhana—yaitu cara untuk mengawetkan ikan agar tetap dapat dinikmati di kemudian hari.

Penggunaan bahan-bahan segar dan teknik penyajian yang inovatif juga menjadi faktor pendukung dalam mengapa sushi masih sangat digemari hingga saat ini. Penyajian sushi yang menarik membuat makanan ini unggul di kalangan pecinta kuliner dan menjadi pilihan utama di berbagai kesempatan, mulai dari acara kasual hingga formal. Itulah sebabnya, meski bertransformasi, sushi tetap menyimpan jejak sebagai hidangan yang berasal dari keperluan praktis manusia.

Dengan mempertimbangkan latar belakang ini, dapat dipahami bahwa sushi bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan sebuah cerita panjang tentang inovasi kuliner yang berakar pada keperluan mendasar manusia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved