Survei: 70% Generasi Z Mengaku Bergantung pada Orang Tua Saat Lamar Kerja
Tanggal: 19 Nov 2024 09:30 wib.
Hari ini, tuntutan pekerjaan semakin meningkat, terutama bagi para lulusan baru Generasi Z. Para pekerja Generasi Z dikabarkan terlalu bergantung pada dukungan orang tua selama pencarian kerja mereka. Seiring dengan banyaknya keluhan dari lulusan baru yang merupakan Generasi Z tentang kesulitan mendapat pekerjaan, survei terbaru menunjukkan bahwa 70% dari mereka mengaku meminta bantuan orang tua dalam proses pencarian kerja.
Dilansir dari ResumeTemplates, survei ini juga menemukan bahwa 25% dari pekerja Generasi Z bahkan membawa orang tua mereka ke wawancara kerja. Bukan hanya itu, banyak juga yang meminta orang tua mereka untuk mengirimkan lamaran kerja dan menulis resume untuk mereka.
Salah satu penyebab dari bergantungnya Generasi Z pada orang tua dalam mencari pekerjaan adalah pasar tenaga kerja yang suram, yang disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang memburuk. Di samping itu, mulai banyak perusahaan yang mulai enggan mempekerjakan Generasi Z.
Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, baru-baru ini mengungkap data mengejutkan terkait pekerja Generasi Z. Sekitar enam dari 10 perusahaan yang disurvei melaporkan telah memecat lulusan baru yang mereka rekrut tahun ini. Beberapa alasan di balik keputusan ini antara lain kurangnya motivasi dari karyawan, kurangnya profesionalisme, dan keterampilan komunikasi yang buruk.
Menurut Huy Nguyen, kepala penasihat pendidikan dan pengembangan karier Intelligent, banyak lulusan baru kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena lingkungan kerja dapat sangat berbeda dari pengalaman belajar mereka. Mereka sering kali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya tempat kerja, dan ekspektasi pekerjaan yang mandiri.
Manajer perekrutan yang disurvei juga melaporkan bahwa beberapa pekerja Generasi Z kesulitan mengelola beban kerja, sering terlambat, dan kurang memperhatikan tata krama berpakaian atau berbicara dengan pantas. Banyak alasan yang disebutkan di balik keputusan pemecatan ini, antara lain kurangnya motivasi atau inisiatif, kurangnya profesionalisme, keterampilan berorganisasi yang buruk, dan keterampilan komunikasi yang buruk.
Dilihat dari survei yang dilakukan intelligent, berikut adalah beberapa alasan perusahaan memecat karyawan Generasi Z:
- Kurangnya motivasi atau inisiatif: 50%
- Kurangnya profesionalisme: 46%
- Keterampilan berorganisasi yang buruk: 42%
- Keterampilan komunikasi yang buruk: 39%
- Kesulitan menerima feedback: 38%
- Kurangnya pengalaman kerja yang relevan: 38%
- Keterampilan pemecahan masalah yang buruk: 34%
- Keterampilan teknis yang tidak memadai: 31%
- Ketidakcocokan budaya: 31%
- Kesulitan bekerja dalam tim: 30%
Masalah ini memberikan gambaran bahwa selain kondisi ekonomi global yang memburuk, ada tantangan internal yang dihadapi oleh Generasi Z dalam memasuki dunia kerja. Tantangan tersebut memerlukan perhatian serius, baik dari pihak pendidikan maupun dunia kerja, untuk menghadapinya.
Sebagai generasi yang akan menjadi andalan di masa depan, perlu adanya upaya untuk membantu Generasi Z dalam menyiapkan diri untuk bekerja, baik dari segi keterampilan teknis maupun soft skill. Dukungan dari orang tua memang penting, tetapi Generasi Z juga perlu diberdayakan untuk mandiri dan siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin kompetitif.