Sumber foto: iStock

Sisi Kelam Industri Influencer: Persaingan Ketat, Bayaran Menurun, dan Masa Depan Tak Pasti

Tanggal: 8 Feb 2025 19:04 wib.
semakin sengit dan penghasilan tak semudah yang dibayangkan. Para kreator kini menghadapi tantangan baru, mulai dari perubahan kebijakan platform hingga penurunan nilai kerja sama brand.

Persaingan Ketat dan Realitas Pahit Kreator Konten

Menjadi influencer bukan lagi jalan mudah menuju kekayaan. Clint Brantley, seorang kreator konten dengan lebih dari 400.000 follower dan rata-rata view di atas 100.000 per video, justru mengalami kesulitan finansial. Penghasilannya lebih rendah dari gaji tahunan rata-rata pekerja full-time di AS, yaitu sekitar Rp 950 jutaan. Karena pendapatan yang tidak menentu, ia bahkan belum bisa menyewa apartemen sendiri dan masih tinggal bersama ibunya.

Menurut laporan The Wall Street Journal, mendapatkan penghasilan yang stabil sebagai kreator semakin sulit. Platform digital tidak lagi memberikan insentif sebesar dulu, sementara brand semakin selektif dalam memilih influencer untuk memasarkan produk mereka.

Selain itu, ancaman pemblokiran TikTok di AS pada 2025 menambah ketidakpastian bagi para kreator yang mengandalkan platform tersebut sebagai sumber utama pendapatan.

Ledakan Jumlah Kreator, Namun 'Kue' Kian Menyusut

Menurut laporan Goldman Sachs (2023), ratusan juta orang kini mengunggah konten di media sosial, dan sekitar 50 juta di antaranya berhasil menghasilkan uang dari sana. Diperkirakan jumlah kreator yang mendapatkan penghasilan akan meningkat sebesar 10-20% per tahun hingga 2028.

Namun, pertumbuhan ini tidak selalu berarti lebih banyak keuntungan. Semakin banyak orang terjun ke dunia influencer, semakin kecil pendapatan yang bisa dibagi.

Data dari NeoReach (2023) mengungkap bahwa 48% influencer hanya menghasilkan kurang dari Rp 245 jutaan per tahun, sementara hanya 14% yang berhasil meraup lebih dari Rp 1,6 miliar. Perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:


Apakah mereka full-time atau part-time
Jenis konten yang dibuat
Lama berkarir sebagai influencer


Para kreator yang sukses biasanya telah bekerja keras selama bertahun-tahun. Mereka menghabiskan waktu berhari-hari untuk merancang, merekam, dan mengedit konten sebelum diunggah. Selain itu, mereka harus terus berinteraksi dengan pengikut agar tetap relevan.

Menurut analis Emarketer, Jasmine Enberg, pekerjaan ini jauh lebih berat daripada yang dibayangkan banyak orang. Kreator yang bisa bertahan adalah mereka yang konsisten dan mampu beradaptasi dengan tren baru.

Sayangnya, menjadi influencer juga berarti tidak mendapatkan keuntungan seperti pekerja kantoran, seperti asuransi kesehatan, dana pensiun, atau bonus tahunan. Ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, pekerjaan ini semakin penuh risiko.

Pendapatan dari Platform Makin Kecil

Dulu, platform digital menawarkan insentif besar bagi kreator konten. Antara 2020-2023, TikTok memiliki program pendanaan kreator senilai US$ 1 miliar. YouTube Shorts juga memberikan bonus antara US$ 100-10.000 per bulan, sementara Instagram Reels sempat memberikan penghargaan dalam jumlah fluktuatif.

Namun kini, kebijakan pembayaran semakin ketat. Contohnya:


TikTok menetapkan syarat minimal 10.000 follower dan 100.000 view per bulan agar bisa mendapatkan penghasilan.
YouTube Shorts membagikan pendapatan iklan, tetapi hanya untuk kreator dengan minimal 1.000 subscriber dan 10 juta view dalam 90 hari.
Instagram mulai menerapkan sistem invitation-only, di mana hanya kreator tertentu yang bisa mendapatkan penghargaan uang.


Akibatnya, semakin banyak kreator yang mengeluh bahwa penghasilan mereka terus berkurang.

Ben-Hyun, seorang TikToker dengan 2,9 juta pengikut, mengungkapkan bahwa pada Maret lalu ia masih bisa mendapatkan US$ 200-400 per satu juta view. Namun kini, meskipun jumlah pengikutnya bertambah, ia hanya menerima US$ 120 untuk video dengan 10 juta view.

Kondisi serupa dialami oleh Danisha Carter, seorang kreator dengan 1,9 juta pengikut. Ia merasa bahwa kreator konten telah membawa miliaran dolar ke platform digital, tetapi bayaran mereka tidak sebanding. Untuk menambah pendapatan, Carter mulai menjual merchandise dan berhasil menghasilkan US$ 5.000 dalam satu tahun.

Menurutnya, kreator seharusnya mendapatkan persentase keuntungan yang lebih adil dari platform tempat mereka berkarya. Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam sistem pembayaran.

Masa Depan Influencer: Masihkah Menggiurkan?

Meski industri influencer terus berkembang, realitasnya semakin menantang. Dengan kebijakan platform yang lebih ketat, kompetisi yang semakin ketat, dan ketidakpastian ekonomi, menjadi kreator konten bukan lagi jalan instan menuju kesuksesan.

Bagi yang ingin terjun ke dunia ini, penting untuk memiliki strategi diversifikasi pendapatan. Jangan hanya bergantung pada platform digital, tetapi juga bangun brand pribadi, tawarkan layanan atau produk, dan manfaatkan berbagai sumber pemasukan lainnya.

Kreator yang sukses di masa depan adalah mereka yang kreatif, adaptif, dan mampu melihat peluang di tengah perubahan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved