Sumber foto: Canva

Sisi Gelap Pengguna Aplikasi TikTok

Tanggal: 14 Jul 2025 12:43 wib.
TikTok telah menjelma menjadi fenomena global, sebuah panggung digital di mana siapa saja bisa menjadi bintang. Jutaan orang menghabiskan waktu berjam-jam menggulir video pendek, membuat konten kreatif, dan mengikuti tren terbaru. Keceriaan dan hiburan yang ditawarkan aplikasi ini memang tak terbantahkan. Namun, dibalik kilaunya yang memukau, ada sisi-sisi gelap yang diam-diam mengintai para penggunanya. Pengaruh TikTok tidak selalu positif, dan memahami potensi jebakan ini adalah langkah awal untuk menggunakan platform tersebut secara lebih bijak.

Kecanduan dan Penurunan Produktivitas

Salah satu bayangan gelap yang paling nyata adalah potensi kecanduan. Algoritma TikTok dirancang sangat canggih untuk mempertahankan perhatian pengguna. Video-video pendek yang menarik, feed yang terus-menerus diperbarui dengan konten relevan, dan imbalan dopamin instan dari likes dan views bisa membuat kita sulit berhenti menggulir. Banyak orang merasa waktu mereka habis begitu saja tanpa disadari saat berselancar di TikTok. Ini seringkali berujung pada penurunan produktivitas, baik dalam pekerjaan, belajar, atau bahkan aktivitas sehari-hari. Tugas-tugas penting tertunda, kualitas tidur terganggu, dan interaksi offline dengan lingkungan sekitar jadi berkurang, karena fokus pikiran terpusat pada notifikasi dan konten berikutnya.

Tekanan Sosial dan Kesehatan Mental

Di TikTok, setiap orang bisa jadi kreator. Ini membuka pintu bagi ekspresi diri, tapi juga melahirkan tekanan sosial yang signifikan. Para pengguna, terutama remaja dan anak muda, sering merasa terdorong untuk mengejar kesempurnaan, mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis, atau melakukan tren yang berisiko demi popularitas. Mereka mungkin merasa harus selalu tampil bahagia, sukses, atau menarik untuk mendapatkan validasi dalam bentuk likes dan followers.

Tekanan ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Perbandingan sosial yang konstan, ketakutan akan fear of missing out (FOMO), dan risiko menjadi korban cyberbullying bisa memicu kecemasan, depresi, hingga masalah citra diri. Komentar negatif, body shaming, atau bahkan ancaman yang tersembunyi di balik anonimitas layar bisa sangat merusak psikologis, terutama bagi jiwa-jiwa yang masih rentan dan mencari penerimaan.

Paparan Konten Tidak Layak dan Misinformasi

TikTok, seperti platform besar lainnya, tidak luput dari konten yang tidak layak atau berbahaya. Meski ada upaya moderasi, masih banyak video yang mengandung kekerasan, pornografi terselubung, ujaran kebencian, atau konten yang mempromosikan perilaku berisiko tinggi. Anak-anak dan remaja yang menjadi mayoritas pengguna sangat rentan terpapar konten semacam ini tanpa pengawasan yang memadai.

Selain itu, penyebaran misinformasi dan hoaks juga menjadi masalah serius. Format video pendek yang cepat viral membuat informasi yang tidak akurat mudah menyebar tanpa verifikasi. Pengguna bisa saja percaya pada klaim kesehatan palsu, teori konspirasi, atau berita yang dimanipulasi hanya karena disajikan secara menarik. Ini membahayakan pemahaman publik dan dapat memicu keresahan sosial.

Masalah Privasi Data dan Keamanan Informasi

Di balik kemudahan penggunaan TikTok, ada pertanyaan besar tentang privasi data pengguna. Aplikasi ini mengumpulkan banyak informasi tentang kebiasaan Browse, lokasi, bahkan data biometrik. Kekhawatiran tentang bagaimana data ini digunakan, disimpan, dan siapa yang memiliki akses ke sana seringkali muncul. Perdebatan global mengenai kepemilikan TikTok oleh perusahaan Tiongkok telah memicu kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan data atau akses oleh pemerintah asing.

Bagi pengguna, ini berarti informasi pribadi mereka mungkin tidak seaman yang dibayangkan. Risiko penyalahgunaan data untuk iklan bertarget yang terlalu agresif, atau bahkan potensi peretasan, selalu ada. Memahami kebijakan privasi dan mengatur pengaturan keamanan akun adalah langkah penting untuk melindungi diri di platform ini.

Lingkaran Konsumsi Konten yang Terbatas

Algoritma TikTok yang sangat personalisasi, meskipun nyaman, juga bisa menciptakan gelembung filter (filter bubble). Pengguna cenderung terus-menerus disuguhkan konten yang mirip dengan apa yang sudah mereka sukai atau tonton sebelumnya. Ini bisa membatasi paparan mereka terhadap ide, perspektif, atau informasi yang berbeda. Akibatnya, pandangan dunia pengguna bisa menjadi sempit, kurang kritis, dan kurang terpapar pada keragaman opini. Kesenjangan informasi dan polarisasi dapat terbentuk karena pengguna hanya melihat apa yang algoritma anggap relevan, tanpa disadari membatasi cakrawala pemikiran.

Seperti alat lainnya, ia bisa sangat bermanfaat, namun juga memiliki potensi bahaya jika tidak digunakan dengan bijak. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved