Setelah Adanya Generasi Sandwich Terbitlah Generasi Kangguru, Simak Penjelasannya Dibawah

Tanggal: 13 Des 2024 18:30 wib.
Sebutlah namanya Brady. Dia seorang pekerja di Jakarta dengan gaji sekitar Rp8 juta per bulan. Sebagai staf pemula (entry level), sudah berkeluarga, dan memiliki satu anak kecil, gaji sebesar itu sebenarnya sudah mencukupi untuk menopang kehidupannya. Kebutuhan sehari-hari, perawatan, dan bahkan biaya kontrakan senilai Rp2 juta per bulan masih dapat ditanggungnya.

Meski demikian, Brady masih merasa kesulitan dalam mengatur keuangan. Ternyata, dia harus menanggung orangtua dan adiknya di kampung, meskipun dia bekerja di pusat kota dan tinggal di pinggirannya. Dia merasa terjepit menjadi tulang punggung, tidak hanya di keluarga intinya, namun juga di keluarga besarnya.

Kondisi seperti ini sepertinya tidak hanya dialami oleh Brady. Banyak orang yang bekerja untuk menopang keluarga inti dan keluarga besarnya dan terjepit di antara dua lapisan, atas dan bawah. Badan Pusat Statistik (2020) mencatat bahwa 71 juta penduduk Indonesia masuk kategori ini. Generasi yang paling banyak masuk kategori ini adalah generasi Y, yang berusia 28 -- 43 tahun pada tahun 2024.

Kondisi ini mengakibatkan tekanan yang kuat bagi kelompok ini dan mempersempit peluang untuk bisa menaikkan derajat. Situasi ini berpeluang menghambat kemajuan negara. Salah satu faktor penyebabnya adalah kemiskinan, yang diakibatkan oleh berbagai hal, termasuk rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tidak adanya sistem ekonomi yang mendukung penciptaan pendapatan tinggi dan bisa ditabung.

Kondisi yang sama juga tampak pada generasi baru, yang hidupnya harus ditopang oleh orangtuanya dan bahkan sampai kakek-neneknya. Kelompok generasi ini disebut generasi kangguru, yang harus ditanggung oleh keluarga besarnya.

Fenomena generasi kangguru ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di beberapa negara lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sekitar 9,9 juta penduduk generasi muda usia 15 - 24 tahun di Indonesia, pada situasi tidak bekerja, tidak sedang sekolah, dan tidak dalam masa training (NEET). Angka ini adalah 22,5% dari total penduduk usia muda 15 -- 24 tahun di Indonesia.

Kombinasi generasi roti lapis dan generasi kangguru menjadi sebuah ancaman bagi berjalannya kehidupan negeri. Negara membutuhkan orang-orang produktif, yang siap menggerakkan mesin-mesin perekonomian negara, untuk memenuhi konsumsi masyarakat yang semakin banyak setiap harinya.

Kurangnya tenaga kerja produktif ini harus menjadi perhatian pemerintah. Jika mesin ekonomi tidak digerakkan oleh orang-orang yang bekerja keras, maka negara tidak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika penduduk tidak produktif lebih banyak dari penduduk produkifnya, ini adalah sebuah alarm bahaya.

Pada suatu waktu nanti kegiatan ekonomi mungkin akan digerakkan oleh mesin-mesin yang bisa bekerja secara mandiri, dengan dukungan kecerdasan buatan. Namun, sampai kini, ini masih sebuah utopia.

Sampai itu terjadi, generasi kangguru ini harus diberdayakan. Setidaknya, nanti tidak menciptakan generasi roti lapis ke depannya. Tersebab, generasi ini, jika memiliki keturunan, akan bergantung kepada anak-anaknya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved