Sering Pura-Pura Bahagia? Hati-Hati!

Tanggal: 24 Agu 2017 22:11 wib.
Tampang.com - Sebagian masyarakat beranggapan bahwa kesuksesan tidak dinilai dari kekayaan seseorang lagi, namun dilihat dari seberapa bahagianya mereka. Memang, kekayaan juga menjadi salah satu yang mampu membuat kita bahagia. Namun, tak semua kebahagiaan berasal dari kekayaan.

Namun, psikolog asal Denmark mengingatkan bahwa obsesi pada kebahagiaan ternyata memiliki efek samping yang buruk.

Dilansir Independent, Svend Brinkmann dari Aalborg University mengatakan memaksa diri sendiri untuk bahagia sepanjang waktu bisa membuat emosi kita kecil. Dan, kebahagiaan bukanlah respon yang tepat bagi semua situasi dalam kehidupan ini.

"Saya percaya pemikiran dan emosi kita harus berkaca pada dunia. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, kita harusnya boleh berpikir dan merasakan hal negatif karena itulah cara kita mengerti dunia," katanya.

Brinkman meyakini bahwa upaya merasa selalu bahaya akan membuat seseorang tak bisa menghadapi sesuatu yang buruk.

"Hidup memang indah dari waktu ke waktu, tapi juga tragis. Orang meninggal dalam hidup kita, kite kehilangan mereka, jika kita hanya terbiasa memiliki pikiran positif, kenyataan buruk bisa berdampak lebih besar pada diri kita saat itu terjadi."

Dia juga takut masyarakat berubah di mana orang merasa tidak dapat mendiskusikan kekhawatiran dan masalah mereka dengan teman-teman karena mereka pikir mereka harus berpura-pura semuanya baik-baik saja sepanjang waktu.

Kita semua ditekan untuk menjadi bahagia, kata Brinkmann, ia adalah anti buku yang memberitahu setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaan dan harus menyalahkan diri sendiri atas kesedihan yang menerpa.

Karena tanpa ada hal-hal buruk dalam hidup, kamu tidak akan pernah menghargai hal yang baik. kamu tentu boleh saja merasa sedih, marah, bersalah, malu dan tentu bahagia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved