Sering Menunda Waktu Makan Malam Dapat Membesarkan Risiko Pekerja Alami Depresi
Tanggal: 23 Jul 2024 12:02 wib.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Jama Network" disebutkan bahwa sering menunda waktu makan malam dapat memperbesar risiko seorang pekerja mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
Dilaporkan oleh Medical Daily, dalam studi yang dilakukan pada personel maskapai penerbangan dengan jadwal shift, sebanyak 22.617 peserta, para peneliti melacak waktu peserta sarapan dan makan malam serta interval antar waktu makan. Mereka kemudian membandingkan data ini dengan skor anggota kru pada alat skrining kecemasan dan depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu makan yang lama, lebih dari 12 jam, dan waktu makan yang ditunda berkaitan erat dengan meningkatnya risiko depresi dan kecemasan. Para pekerja shift harian yang menunda makan malam hingga lewat jam 8 malam, akan mengalami penurunan berat badan, menghadapi risiko depresi dua kali lipat dan risiko kecemasan 78 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang makan lebih awal.
Tidak hanya itu, menunda sarapan hingga setelah jam 9 pagi dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 73 persen dan peningkatan kecemasan sebesar 79 persen. Begitu pula pada pekerja shift malam atau hari libur, mereka juga memiliki peningkatan risiko kecemasan atau depresi terkait dengan penundaan makan.
Namun, bagi pekerja yang membatasi waktu makannya dalam waktu 12 jam setiap hari, memiliki risiko kecemasan 16 persen lebih rendah dan penurunan depresi sebesar 19 persen, dibandingkan dengan individu dengan jadwal makan yang lebih tidak teratur.
Penelitian ini merumuskan asumsi bahwa waktu makan berdampak pada kesehatan mental bisa disebabkan oleh pengaruhnya pada siklus tidur atau ritme sirkadian. Gangguan pada ritme tersebut dapat mengubah metabolisme, yang kemudian dapat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.