Sumber foto: Canva

Seberapa Sering Kita Harus Melakukan Eksfoliasi?

Tanggal: 25 Agu 2025 23:06 wib.
Eksfoliasi atau pengangkatan sel kulit mati sering disebut sebagai rahasia utama untuk mendapatkan kulit yang cerah, halus, dan sehat. Proses ini membantu membersihkan pori-pori, merangsang regenerasi sel kulit, dan meningkatkan efektivitas produk perawatan kulit lainnya. Namun, seberapa sering kita perlu melakukannya? Pertanyaan ini sering membingungkan, apalagi dengan banyaknya produk dan metode yang beredar. Jawabannya tidak sama untuk setiap orang, karena frekuensinya sangat bergantung pada jenis kulit, usia, dan jenis eksfoliator yang dipakai. Mengetahui batasan dan cara yang tepat adalah kunci agar eksfoliasi memberikan manfaat maksimal tanpa merusak lapisan pelindung kulit.

 Pentingnya Eksfoliasi dan Risikonya

Setiap hari, kulit kita secara alami melepaskan jutaan sel mati. Namun, tidak semua sel mati ini luruh sempurna. Beberapa di antaranya tetap menempel, menumpuk, dan menyumbat pori-pori. Penumpukan inilah yang membuat kulit terlihat kusam, kasar, dan bahkan bisa memicu masalah jerawat serta komedo. Eksfoliasi membantu proses alami ini dengan cara mengangkat sel-sel yang menempel, sehingga kulit bisa bernapas dan beregenerasi.

Meskipun bermanfaat, eksfoliasi yang berlebihan justru bisa membawa dampak negatif. Menggosok kulit terlalu sering atau terlalu keras bisa merusak skin barrier, yaitu lapisan pelindung terluar kulit. Ketika skin barrier rusak, kulit menjadi lebih rentan terhadap iritasi, kemerahan, peradangan, dan bahkan bisa memicu produksi minyak berlebih sebagai mekanisme pertahanan. Oleh karena itu, mencari keseimbangan yang tepat sangatlah penting.

Eksfoliator Fisik vs. Kimia: Kenali Perbedaannya

Sebelum menentukan frekuensi, kita perlu tahu jenis eksfoliator yang ada. Secara umum, ada dua kategori utama:

Eksfoliator Fisik: Ini adalah produk yang bekerja dengan cara digosokkan ke kulit, seperti scrub wajah dengan butiran, sikat pembersih wajah, atau alat mikrodermabrasi. Eksfoliator fisik memberikan hasil instan, tapi jika butirannya terlalu kasar atau digunakan dengan tekanan kuat, bisa menyebabkan mikrolesi (luka kecil) pada kulit.

Eksfoliator Kimia: Produk ini menggunakan bahan aktif berupa asam, seperti Alpha Hydroxy Acid (AHA) atau Beta Hydroxy Acid (BHA), untuk melarutkan ikatan antar sel kulit mati. Eksfoliator kimia cenderung lebih lembut dan efektif untuk sebagian besar jenis kulit, terutama kulit sensitif dan berjerawat, karena tidak membutuhkan gerakan menggosok.

Frekuensi eksfoliasi juga sangat dipengaruhi oleh jenis eksfoliator yang dipakai. Produk fisik yang butirannya kasar tidak dianjurkan untuk digunakan setiap hari. Sementara itu, beberapa produk kimia dengan konsentrasi rendah mungkin bisa dipakai lebih sering.

Frekuensi Ideal Berdasarkan Jenis Kulit

Jadwal eksfoliasi harus disesuaikan dengan kebutuhan unik kulit masing-masing orang:

Kulit Normal dan Kombinasi: Kulit jenis ini cenderung seimbang, tidak terlalu kering atau berminyak. Eksfoliasi bisa dilakukan 2-3 kali seminggu. Pilih eksfoliator fisik dengan butiran halus atau eksfoliator kimia berbasis AHA atau BHA dengan konsentrasi sedang.

Kulit Berminyak dan Berjerawat: Jenis kulit ini bisa menoleransi eksfoliasi lebih sering. Eksfoliasi 3-4 kali seminggu bisa membantu membersihkan pori-pori dari minyak berlebih dan sel mati yang menyumbat. Eksfoliator kimia berbasis BHA (salicylic acid) sangat direkomendasikan karena bisa masuk ke dalam pori-pori dan membersihkannya dari dalam.

Kulit Kering dan Sensitif: Jenis kulit ini membutuhkan pendekatan paling hati-hati. Eksfoliasi berlebihan bisa menyebabkan iritasi parah. Cukup lakukan eksfoliasi 1-2 kali seminggu. Pilih eksfoliator kimia berbasis AHA (glycolic acid atau lactic acid) dengan konsentrasi sangat rendah, atau eksfoliator fisik yang sangat lembut. Hindari scrub dengan butiran kasar sama sekali.

Selain jenis kulit, faktor usia juga berperan. Seiring bertambahnya usia, regenerasi sel kulit melambat, sehingga eksfoliasi bisa lebih efektif dalam menjaga kulit tetap cerah. Namun, kulit juga bisa menjadi lebih tipis dan sensitif, jadi penting untuk tetap berhati-hati dan tidak berlebihan.

Tanda-tanda Over-exfoliation dan Solusinya

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa kita sudah berlebihan dalam eksfoliasi:


Kulit terasa perih, kencang, atau seperti terbakar.
Muncul kemerahan atau iritasi.
Timbul jerawat atau bruntusan kecil yang tidak biasa.
Kulit menjadi sangat kering atau sebaliknya, sangat berminyak.


Produk perawatan kulit yang biasanya aman terasa menyengat atau panas saat diaplikasikan.

Jika gejala-gejala ini muncul, segera hentikan semua proses eksfoliasi. Berikan waktu pada kulit untuk beristirahat dan memulihkan diri. Fokuskan pada penggunaan produk yang menghidrasi dan menenangkan, seperti pelembap dan serum dengan kandungan hyaluronic acid atau ceramide. Setelah kulit kembali normal, mulai eksfoliasi kembali dengan frekuensi yang lebih jarang dan produk yang lebih lembut.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved