Sumber foto: iStock

Sarapan: Ritual Pagi yang Ternyata Kontroversial, Apakah Benar Sebaik Itu?

Tanggal: 21 Jan 2025 11:45 wib.
Sarapan sering disebut-sebut sebagai waktu makan paling penting dalam sehari. Namun, ternyata pernyataan ini tidak sepenuhnya disepakati oleh para dokter dan ahli umur panjang. Bagi sebagian besar dari mereka, sarapan bukanlah prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, banyak yang memilih menjalani intermittent fasting, yaitu pola makan dengan jendela waktu tertentu, biasanya hanya selama 8 jam dalam sehari.

Seorang ahli di bidang gerosains mengungkapkan, "Saya sering melewatkan sarapan. Biasanya, saya baru mulai makan sekitar pukul dua atau tiga siang, terkadang lebih sore lagi, dan itu tidak menjadi masalah bagi saya." Pernyataan ini memperlihatkan bahwa melewatkan sarapan bukan hal yang asing bagi beberapa ahli kesehatan.

Namun, apakah keputusan melewatkan sarapan ini berdampak positif atau justru negatif bagi kesehatan? Tentu saja, jawabannya masih menjadi perdebatan panjang.

Sarapan dan Umur Panjang: Dua Sisi Koin

Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Cancer Causes & Control menemukan bahwa orang yang sering melewatkan sarapan memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat berbagai penyebab, terutama kanker. Kendati demikian, ada catatan penting yang harus diperhatikan.

Menurut Dr. Peter Attia, seorang dokter sekaligus peneliti umur panjang, hasil penelitian tersebut tidak sepenuhnya bisa dijadikan acuan. Mengapa? Orang yang melewatkan sarapan cenderung memiliki gaya hidup kurang sehat secara keseluruhan, seperti kurang olahraga, merokok, atau tidak menjaga pola makan yang baik. Jadi, sulit untuk memastikan apakah melewatkan sarapan benar-benar penyebab utama dari meningkatnya risiko kematian tersebut, atau hanya efek samping dari kebiasaan hidup yang kurang sehat.

Dampak Melewatkan Sarapan pada Kualitas Tidur

Selain kesehatan fisik, kebiasaan sarapan juga ternyata berhubungan dengan kualitas tidur. Sebuah studi tahun 2023 mengungkapkan bahwa melewatkan sarapan dapat memengaruhi kronotipe tidur—pola alami tubuh dalam menentukan waktu tidur dan bangun. Orang yang tidak sarapan cenderung mengalami peningkatan gejala depresi yang akhirnya berimbas pada kualitas tidur yang lebih buruk.

Meskipun begitu, pengaruh melewatkan sarapan terhadap kualitas tidur tidak begitu signifikan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mereka yang secara rutin sarapan cenderung memiliki suasana hati yang lebih baik, tidur lebih nyenyak, dan merasa lebih segar saat bangun dibandingkan dengan mereka yang sering melewatkan sarapan.

Sarapan untuk Kesejahteraan Hidup

Tidur berkualitas merupakan salah satu kunci utama untuk meningkatkan peluang hidup lebih lama. Dengan rutinitas sarapan yang teratur, Anda tidak hanya mendukung kualitas tidur yang lebih baik tetapi juga meningkatkan kewaspadaan dan suasana hati. Kondisi psikologis yang stabil ini berperan besar dalam mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Sarapan: Ritual atau Kebutuhan?

Pada akhirnya, keputusan untuk sarapan atau tidak kembali lagi pada preferensi individu dan kondisi kesehatannya masing-masing. Jika Anda merasa tubuh lebih nyaman tanpa sarapan, intermittent fasting bisa menjadi pilihan. Namun, jika Anda menginginkan tidur lebih nyenyak dan suasana hati yang stabil sepanjang hari, menjadikan sarapan sebagai rutinitas pagi mungkin patut dipertimbangkan.

Melalui berbagai sudut pandang ini, penting untuk memahami bahwa sarapan bukan sekadar soal kebiasaan makan pagi. Lebih dari itu, ini adalah salah satu elemen yang bisa memengaruhi aspek kesehatan dan kualitas hidup Anda. Jadi, apakah Anda siap menjadikan sarapan sebagai langkah awal menuju hidup yang lebih sehat dan berkualitas?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved